XXIX - Pengen ke Mars

4.5K 404 38
                                    

Setelah sampai di rumah oma, aku, papa, dan popi langsung masuk. Popi membawa sesuatu di tangannya dia juga menyuruhku membawa separcel buah-buahan. Tadi beliau sempat membelikannya di toko buah.

Belum sempat popi memencet bel, pintu sudah dibukakan seseorang. Muncul seorang wanita tua yang mengenakan kacamata jadul miliknya. Wajahnya langsung tersenyum ketika melihat popi dan papa bergantian.

"Kalian datang," ucapnya. Dia adalah oma. Saat itu juga, dia langsung melihat ke arahku. Akupun langsung melemparkan senyum terindahku.

"Razka? Ya ampun ganteng banget kamu sayang, ayo, ayo, masuk," oma mencubit pipiku. Kami akhirnya masuk ke rumah.

"Papa mana?" tanya popi.

"Dia lagi sibuk belakangan ini, investasi perusahaannya menurun."

"Kok bisa?"

"Gak tau, tanya papa lah, mama gak tau apa-apa."

"Sekarang papa di mana?"

"Di ruang kerjanya."

Popi langsung berlalu meninggalkan kami bertiga. Sementara Oma, dia langsung menyuruh aku dan papa duduk di sofa. Mataku terus memandang seluruh isi rumah. Terlihat sangat nyaman. Aku langsung terfokus pada satu sosok pria yang berdiri dengan memakai seragam SMA.

"Ini siapa Oma?" tanyaku.

"Itu popi kamu, ganteng kan."

"Cantik," jawabku.

Oma langsung mencubit pipi sebelah kananku. Saat aku menoleh, gak tau kenapa, seketika itu dia tersadar. "Pipi kamu kenapa? Kamu berantem?"

Aku langsung melirik papa yang sudah duduk di sofa. Dia memberikan kode untuk tidak memberitahu oma perihal pipiku yang memar.

"Gakpapa oma, kemaren ada teman Razka bandel banget, dia nyuri makanan temen Razka, langsung aja Razka pukul, eh dia mukul balik, jadi gini deh."

"Cucu oma ternyata baik budi yah, sama kayak papanya, baik," puji Oma sambil tersenyum.

"Gakpapa, luka karena berbuat baik itu ada hikmahnya kok," lanjutnya.

Aku kembali melirik papa. Dia memberikan tanda oke menggunakan tangannya. Aku melakukan itu karena satu hal. Nanti permasalahannya jadi panjang. Soalnya oma gak suka ada kekerasan.

"Kalian mau apa? Kopi? Teh? Kalian kok malem banget sih datangnya," Oma duduk di sofa menemani papa.

"Aku kopi hanget aja ma," jawab papa.

"Razka mau apa sayang?"

"Hah? Oh, aku susu aja oma."

"Kalau, Lariel masih suka minum lemon?" tanya oma ke papa.

"Masih ma, tapi kasih kopi aja, dia lagi gak suka sama yang asam-asam belakangan ini."

"Oh ya udah, TIKA! TIKA!" Panggil Oma.

Saat itu juga muncul seorang wanita berlari kecil menuju oma yang sudah duduk di sofa.

"Ya oma?"

"Tolong buatin dua kopi, satu susu ya."

"Baik oma."

"Ehm, Tika," panggil papa.

"Iya, pak?"

"Kopinya untuk saya jangan kebanyakan gula ya, untuk Lariel gulanya agak banyakin, dia gak suka kopi pahit."

"Baik pak."

Wanita yang dipanggil Tika itu langsung berjalan menuju dapur.

Mataku terus memandang beberapa foto. Ada foto popi bersama oma sama opa. Ada juga foto papa sama popi saat pernikahan. Aku juga melihat fotoku saat masih bayi. Lucu sekali. Ternyata aku selucu itu dulu. Sekarang aja aku tampan. Gak diragukan lagi.

Love Me Like You Do ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang