XXXVII - The Truth is...

4.5K 384 86
                                    

Sejak insiden di belakang sekolah kemarin membuat aku semakin kepikiran. Apa hubunganku dengan Fachry ini salah? Tapi, aku merasa hubungan kami ini tak ada hubungannya dengan Bima. Mendengar cerita dari Clara waktu itu, aku yakin kalau dia sebenarnya butuh teman.

Hari ini aku masuk sekolah lagi seperti biasa. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, harus menjadi siswa yang baik. Selama Jessie dan Emma tidak ada di sampingku, aku bisa. but, honestly, i miss them so bad. Aku serasa kehilangan lambung dan usus jika tidak bertemu mereka. Tapi mau bagaimana, kenyataannya, lambung dan ususku masih di sini. Masih berfungsi secara sempurna.

Seperti biasa, pagiku selalu dimulai dengan sapaan pria yang baru beberapa hari ini menjadi orang yang aku sebut 'pacar'.

"Pagi sayang!" sapanya.

"Hm, pagi!"

Pria yang memakai seragam putih abu-abu itu tersenyum riang kemudian memberikan helm padaku dan aku langsung memakainya. Sejak aku menjadi pacarnya, aku selalu mendapatkan hal romantis setiap hari. Contohnya mengusap sisa es krim di ujung bibirku. Tepatnya itu di taman bermain dua hari yang lalu. Akupun kaget secara estetik waktu itu.

Sampai di sekolah, aku dan si 'pacar' berjalan bersamaan menuju kelas. Semua orang memandangi kami. Risih? Ya iyalah bodoh! siapa coba yang gak merasa risih kalau dilihatin. Aku mendengar gumaman mereka secara seksama.

"Mimpi apa sih gue, di sekolah gue ada yang ganteng kayak mereka?"

Kira-kira itulah yang aku tangkap di indera pendengaranku.

Sampai di kelas, mataku langsung tertuju pada pria itu lagi. Bima tentunya. Wajahnya terlihat sama. Pandangan kami sempat bertemu tapi dia langsung mengalihkan pandangannya. Aku masih bingung bagaimana cara mengatasinya. Tapi, sekarang, aku ingin mencari hal yang membuat mood manusia itu kembali seperti dulu.

Aku duduk di kursiku dan Fachry duduk di kursinya. Clara yang juga sudah datang duluan melemparkan senyumnya. Aku juga melemparkan senyumku. Sampai Clara sadar dan memberikan buku tugasnya.

"Thank you sweetie."

Aku menyalin tugas Clara di bukuku. Sebelum guru yang kurang belaian masuk.

Selesai mengerjakannya aku merobek kertas kosong kemudian menulis sesuatu di sana.

Tanganku langsung memukul pundak Bima. Dia kesakitan, bodo amat! Dia berbalik dan aku langsung memberikan kertas itu. Matanya melihat kertasnya kemudian menatap mukaku.

Tanpa protes apapun, dia mengambil kertasnya. Tak lama kemudian, dia mengembalikannya. Aku pun penasaran dan membaca kembali.

"Temui aku di belakang waktu istirahat, no Fachry!"

Aku spontan langsung menoleh ke Fachry. Dia sedang asik dengan hpnya. Aku mengangguk merasa menang.

***

Setelah bel istirahat berdendang, aku langsung membereskan bukuku lalu berbalik.

"Bi, ehm... i mean Fachry, kamu duluan aja ke kantin, aku ada urusan bentar."

"Urusan apa?"

"Ada lah, kamu gak perlu tau."

"Yaudah."

"Clara, gue nitip pac— Fachry, okey!"

"Oke."

Love Me Like You Do ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora