𝕭𝖆𝖇 7

8.4K 2.2K 196
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ree jauh lebih menyukai matahari terbenam daripada matahari terbit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ree jauh lebih menyukai matahari terbenam daripada matahari terbit. Berdiri di atas balkoni lantai dua, Ree melihat matahari terbenam selama yang ia bisa. Ketika bola api itu akhirnya dapat melepas lelah dan terlelap, tenggelam di cakrawala. Rasanya mungkin sama dengan dirinya tenggelam dalam bayangan. Dunia yang tadinya penuh warna menjadi gelap. Ia memikirkan Andreas. Bagaimana keadaannya sekarang.

Rangga menyuruh kru untuk melepas lelah selama beberapa jam kemudian kembali di ruang utama ketika matahari terbenam. "Semua dari kita." Rangga menekankan hal itu dan sengaja menahan tatapan Ree ketika mengatakan kalimat itu.

Bukan berarti Ree akan keberatan bila mereka memperlakukan dirinya seperti Tia, meng-eksklusi dirinya. Ree pikir, keadaan tersebut tidak akan terlalu buruk. Mereka punya agenda mereka, Ree punya agendanya sendiri. Tidak perlu untuk Ree mengetahui semua seluk beluk rencana mereka.

Semilir angin menyapa pipi dan rambut hitam Ree yang basah setelah mandi. Angin itu menuju timur. Ree berharap angin itu membawa pesannya kepada Andreas.

"Adikmu adalah bagian dari Kru Pandawa atau kru Hitam?"

Ree memutar tubuhnya. "Yang pertama."

Rangga berdiri di pintu balkoni memegang sebuah botol anggur. Tubuh kekarnya dibalut oleh tunik dan celana hitam. Mata birunya terlihat menyala di kegelapan malam. Ia memperhatikan Ree dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Ree mengangguk.

Pria ini memang seorang dengan kemampuan observasi tinggi. Ia menyadari mengapa Ree terfiksasi dengan pertandingan terakhir tadi.

Ree menunggunya untuk berkomentar lebih tapi hal itu tidak kunjung terjadi. Ia hanya menatap Ree. Garis bibirnya menipis sementara matanya seakan semakin menyala.

"Kita berkumpul lima menit lagi." Akhirnya ia berkata.

Ree hanya mengangguk kemudian memunggunginya.

Langit malam penuh bintang menyambut gadis itu. Sebuah bulan purnama bersinar tinggi. Mungkin bulan yang sama di malam Andreas diculik. Ia memasukkan pemandangan di depannya ke dalam memori.

Turnamen Mentari | Seri 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang