𝕭𝖆𝖇 39

6.1K 1.8K 75
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu menyesakkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu menyesakkan. Semua mata memandang, mengikuti semua pergerakkan Ree. Ia hampir muntah ketika menari dengan Rangga, mendengar bisikan bayangan-bayangan para pria dan perempuan di sekitarnya. 

Para pria dengan hasrat menjijikkan mereka terhadap tubuh Ree dan para perempuan dengan kecemburuan tanpa otak mereka.

Butuh segenap dedikasinya untuk terus memasang tatapan lembut kepada Rangga. Ia benar-benar benci mendengar luka pria itu diolok. Terutama diolok oleh orang-orang yang setiap hari dimanjakan kehidupan yang enak. Mereka yang tidak pernah tahu rasa sakit. Mereka yang hidup di dalam gelembung fana.

Ree cukup puas melihat para perempuan langsung mengerumuni Rangga setelah dansa mereka. Ia semacam telah mempromosikan kejantanan Rangga pada para perempuan bangsawan. Dugaan Ree benar, banyak sekali perempuan bangsawan yang tertarik. Dengan begini mereka akan berhenti mengolok luka Rangga, dan lebih banyak kemungkinan sponsor yang akan mereka terima.

Sekarang Ree dapat keluar dari ruangan dansa. Ia butuh setidaknya untuk mengambil udara segar. Pandangannya mulai mengabur dan pelipisnya mulai mengeluarkan keringat. Tubuhnya serasa melayang. 

Ketika ia berhasil keluar dari kerumunan, ia tidak menoleh ke belakang sedikitpun.

Ree berhenti di depan sebuah air mancur besar untuk mengambil napas dalam. Tidak ada orang lain di taman, sehingga ia merasa lebih tenang sekarang.

Kedua tangannya ia letakkan pada marbel air mancur untuk menopang tubuhnya. Kemudian ia duduk di pinggir air mancur. Jemarinya ia celupkan pada kolam air yang dingin. 

Menyegarkan.

"Kukira kau benar-benar menikmati berdansa dengan Si Pangeran," sebuah suara bariton mengagetkan Ree dari lamunannya. 

Ia menoleh mengikuti arah suara. Seorang pria dalam balutan tuxedo merah berjalan santai menuju Ree. Tuxedo itu juga dihiasi oleh pola rambat berwarna emas yang sama seperti gaun Ree. Warna merahnya pun merupakan warna merah yang sama dengan gaun Ree. Rambut pria itu pun juga berwarna yang sama.

"Kairav."

"Halo, Bocah," sapa Kai.

"Kau terlihat seperti kepiting rebus," cecar Ree. Ia jengkel mendengar sebutan 'Bocah.'

Turnamen Mentari | Seri 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang