CHP 15 : Sir, I want to play

55.1K 796 5
                                    

Don't forget to voment

Happy Reading
<3
.

.

.


.

.

.

.

.

Seusai menggenakan salah satu gaun rumahan yang Arthur sediakan untuknya, juga menata rambutnya, Nora berjalan menuju ruang tamu. Apartemen itu memang luas, tapi hanya 3 ruang yang dapat diakses oleh Nora, yaitu kamarnya, kamar seks juga ruang tengah yang berhubungan dengan dapur juga meja makan. Selain itu banyak pintu yang Arthur sengaja kunci dan bahkan mustahil untuk didobrak.

Nora agak terkejut mendapati pria itu tengah sibuk di dapur. Arthur terlihat seperti seorang yang salah profesi dengan celemek melingkar di tubuh kekarnya. Lihat, otot-otot yang nampak di lengannya itu. Arthur lebih cocok menjadi atlet angkat besi dari pada angkat panci.

Nora mencoba berjalan mendekat namun hanya sebatas meja makan. Gadis itu tidak berani mendekati Arthur lebih dari ini. Pria itu kan sedang marah padanya.

"Kau suka coklat atau strawberry?" Pertanyaan mendadak Arthur agak mengejutkan Nora. Namun gadis itu berusaha bersikap santai agar tak memicu kemarahan pria itu.

"Coklat." Nora memutuskan untuk duduk di kursi menunggu Arthur. Nora harus berhati-hati.

Tak lama kemudian Arthur berbalik dengan pancake 3 tumpuk yang diselimuti coklat lalu menaruhnya di meja Nora. Tak lupa pria itu juga menaruh segelas susu putih. Pancake itu dimasak dengan baik, di atasnya sudah diberi toping yang membuat perut Nora meronta-ronta, melupakan kemarahan Arthur padanya beberapa jam yang lalu.

"Kau tidak makan?" Tanya Nora. Gadis itu memberanikan diri untuk menatap Arthur yang masih setia berdiri tanpa berniat duduk di hadapan atau di samping Nora.

"Jangan pikirkan aku, makanlah. Aku masih ada beberapa jika kau masih lapar." ujar pria itu dengan nada tenang, tidak terdengar kemarahan sedikitpun di sana.

Nora mengangguk lalu melirik segelas susu di samping kanan piringnya. Rasa penasaran membuat Nora menatap Arthur yang masih berdiri di hadapannya. "Apa ini susu kehamilan?" Tanya Nora polos.

"Memangnya kau hamil?" Wajah Arthur datar.

"Aku berharap begitu." Nora mengedikkan bahunya lalu menyantap pancakenya. Mengacuhkan pandangan Arthur yang memicing padanya. Nora mengatakan yang sebenarnya, tidak masalah ia mengandung anak dari CEO ternama di London dan kelak akan menjadi istrinya. Bukankah itu skenario yang bagus?

.

.

.

"Apa ini yang kau sebut merawatku?"

Nora kini tengah sibuk mencuci piringnya. Sedangkan Arthur bersantai di sofa dengan tangannya yang bermain ponsel. Sejak kapan pria itu suka memegang ponsel?

"Aku ada urusan. Tidak bisakah kau memberiku sedikit waktu?" Jawab Arthur ketus.

Oh, mulai lagi. Malas berdebat, Nora hendak meninggalkan pria itu menuju kamarnya. Membosankan juga ternyata jika mereka tanpa seks. Tapi jika di otak Arthur ada hal selain seks jika bersamanya pasti akan lebih menyenangkan, misalnya bercanda bersama. Atau hal-hal kecil seperti terakhir kali Nora kemari, itu cukup menyenangkan. Tidak-tidak, seks lebih bagus. Pria itu cukup mahir juga mempunyai hal-hal baru yang membuatnya tertantang.

Egoistic 21+ [Finish]Where stories live. Discover now