2 - Awal Jumpa

14.1K 824 38
                                    

Sepanjang jalan menuju toilet sekolah, tidak henti-hentinya Acha mengomel sehingga membuat siswa siswi tertawa melihatnya. Bukan Acha namanya kalau ia tidak perduli dengan keadaan sekitar.

Acha melotot tajam saat siswa itu masih menatapnya. "Apa lo!? Mau gue tusuk tuh mata!?" sarkas Acha galak. Mood paginya benar-benar rusak saat ini, di tambah lagi sekarang Acha sedang kedatangan tamu bulanan.

Sampai di toilet, Acha mengambil tissue sebanyak-banyaknya lalu ia usapkan pada seragam putihnya yang sudah berubah warna menjadi coklat.

"Rese banget si Nesya! Awas aja ya tuh lampir bakal gue bales!" kesal Acha penuh kedendaman. Tangannya masih sibuk mengusap-usap bekas noda di seragamnya.

"Lihat aja ya lo, Sya!"

"Cabe aja belagu! Sok-sokan baik di depan Nathan lagi!"

"Jijik gue liatnya!" oceh Acha.

Gadis di samping Acha terkikik geli mendengar ocehan yang keluar dari mulut Acha. Merasa di perhatikan, Acha sontak menolehkan kepalanya kesamping.

Matanya melotot seketika saat siswi itu menertawainya secara terang-terangan. "Heh!? Mau gue robek tuh mulut?!" Acha berkacak pinggang.

"Nggak waras!" sudah cukup! Acha sangat emosi sekarang.

"Lo yang nggak waras! Asal ngetawain orang aja! Nggak tau apa gue lagi kesel!?" gerutu Acha. "Pergi lo!" Usir Acha tajam.

"Yeu, emangnya nih toilet punya lo! Asal ngsuri aja. Cabut, yuk, ada orang gak waras disini." Siswi itu segera pergi dari hadapan Acha dari pada ia akan menjadi sasaran empuk kemarahan Acha.

Acha mengepalkan tangannya kuat. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu berteriak sekeras mungkin.

"ARRRGHHH!!!! GUE SEBEL BANGET!!!!" teriak Acha menggelegar.

"Woy berisik!" Acha terlonjak kaget.

Acha langsung membalikkan badannya. Acha menaikkan sebelah alisnya saat melihat seorang laki-laki tengah berdiri dengan tangan yang terlipat di depan dadanya.

"Apaan sih lo!? Ganggu aja!" ucap Acha sinis.

Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya. "Gue? Ganggu?" tanya laki-laki itu balik. "Yang ada lo yang ganggu karena suara toa lo itu!" sambung laki-laki itu dengan raut yang ... sedikit menyebalkan menurut Acha.

Acha melotot tidak terima. Acha melihat nametag yang terpasang apik di dada sebelah kanan laki-laki itu. Zean Alvaro.

"Lo kok rese banget sih!? Ngapain coba lo masuk ke toilet cewek?! Mau ngintip ya lo?!" tuduh Acha.

Zean memutar bola matanya. "Menuduh tanpa bukti itu ntar jatohnya malu!"

Acha mendengus kesal. Ia melangkahkan kakinya keluar dari toilet. Namun baru tiga langkah Acha berjalan, Zean sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangan Acha.

"Nama lo siapa?" tanya Zean ingin tahu. Acha menaikkan sebelah alisnya. Ia menepis kasar tangan Zean.

"Gak mau kasih tahu dan gak perlu dikasih tahu!" setelah mengucapkan itu, Acha pergi dari hadapan Zean. Zean tersenyum tipis.

Zean Alvaro. Laki-laki tampan dengan kepintaran di atas rata-rata. Zean memiliki sifat yang ramah, baik dan humoris. Zean di gandrungi cewek-cewek cantik di sekolah, bahkan dulu ada yang terang-terangan menyatakan cinta kepada Zean.

Tentu saja Zean menolak. Alasan Zean menolak banyak gadis itu cukup simple. Gue nggak ada perasaan apa-apa sama mereka. Kalo pun gue Nerima mereka, yang ada gue bakal nyakitin perasaan mereka doang! Begitulah yang dikatakan oleh Zean. Zean mempunyai hobi bernyanyi dan bermain musik.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang