46 - Surat Kecil Untuk Nathan

5.8K 443 157
                                    

Menjalani hidup dengan bermodalkan doa, usaha dan "ya udah gak papa."

***

"Acha!"

Acha refleks berhenti. Berbalik dan mendapati Naura tengah berlari kecil ke arahnya.

Sudah cukup lama Acha tidak melihat batang hidungnya, namun sekarang gadis itu malah datang menghampirinya.

Naura berdiri berhadapan dengan Acha. Ia menarik napas dalam-dalam lalu ia hembuskan pelan.

Berlari menyusuri koridor yang panjang cukup membuat tenaganya terkuras. Naura membuka resleting tasnya. Ia menarik satu amplop biru dari dalam sana lalu ia serahkan kepada Acha.

Acha menatap amplop itu bingung. "Kenapa lo kasih gue amplop? Ini nggak lagi lebaran perasaan."

Naura tersenyum. Ada yang sedikit berbeda dengan Naura. Bibirnya sedikit pucat dan matanya sayu.

Kantung mata yang terlihat jelas di kelopak matanya. Wajahnya pun tidak seceria biasanya.

"Ini tolong kamu kasihin ke Nathan, ya. Suruh dia buka kalau dia lagi sendiri."

Acha mengangguk paham. Ia menerima amplop itu. "Iya, nanti gue kasihin."

"Makasih." Naura mengulas senyum lebar.

"Oh, iya, satu lagi. Aku juga mau berpesan ke kamu. Tolong jaga Nathan baik-baik, jangan buat dia sakit lagi. Kamu pantau terus ya kesehatan dia, jangan sampai lengah."

"Sampaikan pesan aku juga ke dia. Aku sayang sama dia, tapi aku nggak bisa buat dia terus-terusan sakit kalau aku ada di dekatnya."

Acha merasa ada yang mengganjal di ucapan Naura. "Kenapa lo ngomong gitu? Emangnya lo mau kemana?"

Naura tertawa pelan. Sedikit berbeda dari biasanya. "Aku nggak kemana-kemana kok. Aku cuman pesen itu doang, ih. Tolong sampaikan, ya! Surat aku juga jangan lupa dikasihin."

Acha mengangguk singkat.

"Ya udah, kalo gitu aku pergi dulu. Dah, Cha!"

Acha melambaikan tangannya sambil mengikuti langkah kemana Naura pergi. Ia merasa heran dengan sikap gadis itu sekarang. Namun sudahlah, mungkin itu hanya perasaannya saja.

Acha menyimpan amplop itu ke dalam saku seragamnya. Ia kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju gerbang sekolah. Mungkin di sana sudah ada seseorang yang menunggunya. Iya, Abang Go-Jek online.

"Mbak yang pesan Go-Jek, ya?" tanya Abang Go-Jek itu memastikan.

Acha mengangguk.

"Sesuai aplikasi, ya."

Acha kembali mengangguk. Abang Go-Jek itu menyerahkan helm berwarna hijau. Tanpa menunggu lebih lama, Acha bergegas memakai helm itu lalu naik ke atas motor Abang Go-Jek itu.

Motor melaju meninggalkan halaman sekolah. Sebenarnya tadi Arion sempat mengajaknya pulang bersama, namun Acha menolak dengan alasan ia akan pergi ke toko buku terlebih dahulu.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now