15 - Di Hukum

4.9K 349 52
                                    

Keesokan paginya, baik Nathan mau pun Acha, mereka sama-sama bangun terlambat. Hal itu di karenakan mereka berdua menonton film hingga larut malam. Kini keduanya tengah bergegas mandi untuk bersiap-siap sekolah karena sepuluh menit lagi gerbang akan di tutup.

Acha menguncir rambutnya asal-asalan. Ia menyambar ranselnya dan langsung berlari turun dari tangga. Di sana, dapat ia lihat Nathan sedang menenggak segelas susu hangat dengan terburu-buru. Acha pun sama, ia hanya menenggak segelas susu hangat tanpa menyentuh roti yang sudah di siapkan oleh Keyla.

"Nathan, Acha, pelan-pelan dong!" Tegur Keyla.

Nathan meletakkan gelasnya di atas meja. Ia segera menyalimi tangan kedua orang tuanya dengan cepat. "Bun, maafin Nathan karena nggak makan roti bikinan bunda. Nathan udah telat soalnya, Bun!" Keyla mengangguk maklum.

"Lain kali, kalian nggak boleh begadang buat nonton film lagi. Di kira ayah nggak tau apa kalian itu semalem nonton! Mana nggak ngajak-ngajak lagi!" Desis Arka kesal. Nathan hanya menyengir lebar, ia menyenggol lengan Acha bermaksud agar gadis itu cepat menghabiskan susunya.

"Ini masih agak panas, Nath, sabar elah!" Acha buru-buru menghabiskan susunya yang tinggal setengah. Setelah selesai, ia buru-buru menyalimi tangan Arka dan juga Keyla.

"Kita berangkat dulu, Bun, Yah. Assalamualaikum!" Seru Nathan dan Acha.

"Waalaikumsalam. NATHAN HATI-HATI BAWA MOTORNYA! JANGAN KEBUT-KEBUTAN!"

"NGGAK KEBURU BUN KALO NGGAK NGEBUT!" sahut Nathan dari luar. Ia buru-buru menaiki dan men-stater motornya. Acha langsung saja naik ke atas motor Nathan, ia memukul-mukul pundak Nathan untuk cepat mengegas motornya.

"Iya, iya sabar!" Kesal Nathan. Ia mengegas motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan ibu kota yang lumayan padat pagi ini. Selama perjalanan, tidak henti-hentinya Acha menyumpah serapahi Nathan karena laki-laki itu membawa motor seperti orang kesetanan. Rambut Acha sudah beterbangan entah kemana.

Tidak sampai lima belas menit motor Nathan sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang yang sudah tertutup rapat. Nathan dan Acha mendesah kecewa, Acha melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.20 yang artinya mereka telat selama dua puluh menit.

"Nath, gimana nih? Gerbang udah di tutup!"

"Manjat pager aja lah!" Jawab Nathan santai.

Acha membulatkan matanya. "Lo gila!? Ogah gue mah!" Tolak Acha mentah-mentah.

Nathan mengedikkan bahunya. Ia mulai menuntun motornya menuju gerbang belakang sekolah. "Terserah Lo sih. Kalo Lo mau di hukum ya Lo boleh di sini sendirian nunggu Bu Bella Dateng buat hukum Lo!" Mendengar itu bulu kuduk Acha meremang. Mendengar namanya saja sudah membuat Acha merinding apa lagi harus berhadapan dengan orangnya langsung.

Perlu kalian ketahui Bu Bella termasuk guru ke-dua ter-killer setelah pak Darwin. Bu Bella memang dapat di katakan cantik, umurnya pun masih di bilang muda. Namun raut wajahnya yang jutek, galak dan judes itu lah yang membuat siswa siswi merinding jika berhadapan dengan Bu Bella. Apa lagi jika ada murid yang bermasalah, Bu Bella tidak segan untuk menghukum berat murid-muridnya.

"Gue ikut Lo!" Balas Acha akhirnya. Nathan tersenyum puas, ia melanjutkan langkahnya dengan perlahan. Setelah sampai, Nathan memarkirkan motornya dengan aman. Setelah itu, Nathan menyuruh Acha untuk memanjat pagar terlebih dahulu.

"Gue pake rok pendek, Nathan! Lo ngintip nanti!" Dengus Acha. Nathan melepas jaketnya lalu ia ikatkan ke pinggang Acha. Acha tersipu malu. "Coba gue itu bukan kembaran Lo! Udah gue gebet dah Lo!" Kekeh Acha.

Nathan tidak menggubris ucapan Acha, ia tetap menyuruh gadis itu untuk segera memanjat pagar. Meskipun susah, namun Acha berhasil sampai di atas pagar disusul oleh Nathan. Kini posisi mereka sejajar berada di atas pagar, Acha menatap ke bawah dengan takut-takut.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now