19 - Rasa Yang Berbeda

5.3K 326 61
                                    

Bagaimana bisa, merindukan seseorang yang bahkan di pikirannya tidak ada tentangmu walau setitik.

---

Bel masuk sudah berbunyi tujuh menit yang lalu namun belum ada tanda-tanda bahwa Nathan akan masuk kelas. Tentu saja hal itu membuat perasaan Acha berkecamuk.

Bersamaan dengan Bu Diana masuk, Nathan dan kedua temannya ikut masuk di belakang Bu Diana. Bu Diana menghentikan langkahnya, ia menatap ketiga muridnya dengan bingung.

"Ngapain kalian ngikutin saya?!" Tanya Bu Diana galak.

"Siapa yang ngikutin ibu? Emang kelas kita di sini kok!" Balas Farrel santai.

Bu Diana mendengus. "Ya sudah! Kalian duduk di kursi masing-masing sekarang!" Mereka bertiga mengangguk. Nathan melempar senyum kepada Acha yang sedang menatapnya cemas. Bagaimana tidak, Nathan memasuki kelas dengan perban di kaki serta tangannya. Bukan Acha saja yang bingung namun hampir seisi kelas dibuat bingung oleh Nathan.

"Baik, kita mulai pelajaran hari ini!"

Selama pelajaran Acha tidak bisa fokus kepada apa yang tengah di jelaskan oleh bu Diana. Pikirannya melayang pada Nathan, sebenarnya apa yang terjadi dengan lelaki itu? Mengapa banyak luka di tangan serta kakinya?

Dara menyenggol lengan Acha. "Cha, si Nathan kenapa sih?" Tanya Dara berbisik.

Acha menggeleng. "Gue nggak tau!" Acha menengok ke belakang. Di sana, Nathan tampak sedang serius memperhatikan Bu Diana di depan. Acha mendengus pelan.

Acha mengeluarkan ponselnya, ia mulai mengetikkan sesuatu di sana.

Natasha: Nath, Lo hutang penjelasan sama gue!

Nathan mengambil ponselnya yang bergetar. Tertera nama Acha di sana.

Acha bawel: Nath, Lo hutang penjelasan sama gue!

Nathan terkekeh pelan.

Nathan ganteng: iya, nanti gue jelasin.

Acha menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Nathan yang sedang tersenyum manis padanya. Acha terkikik geli, ia kembali menghadap ke depan dan mulai memperhatikan Bu Diana.

*****

Pelajaran terakhir telah usai. Kini, seluruh siswa SMA Mandala tengah bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Acha sudah siap sedari tadi, namun ia masih setia duduk di bangkunya. Acha menatap Dara sembari menopang dagunya.

"Dar, Lo kebiasaan banget deh! Makanya kalo di suruh nyatet tuh ya nyatet bukannya malah molor!" Dengus Acha.

Dara tidak menggubris Acha. Ia masih sibuk menyalin catatannya. "Lo kalo mau pulang, sono pulang! Gue masih banyak soalnya!"

Acha berdecak. Ia bangkit dari kursinya. "Ya udah, gue pulang dulu. Awas lho nanti di ganggu sama mbak Kunti! Hihihi...." Ucap Acha sembari menirukan tawa mbak Kunti.

"Udah kebal gue mah. Paling juga ntar mbak Kunti-nya yang takut sama gue! Gue kan punya jurus seribu satu bayangan!"

Acha memutar bola matanya jengah. Mengapa Acha harus di pertemukan dengan orang seperti Dara?

"Apa hubungannya, Jarwo!"

"Suami istri!" Jawab Dara asal.

"Udah lah. Gue pulang dulu, awas lo kalo di ganggu sama mbak Kunti beneran gue nggak mau ikut-ikutan! Ogah gue mau!" Ujar Acha sembari berjalan menuju pintu.

"Gue jambak aja, Cha, rambutnya! Gue keramasin!" Teriak Dara dari dalam kelas. Acha menggelengkan kepalanya, merasa heran dengan kelakuan Dara.

Acha berjalan dengan langkah pelan. Ia menempelkan earphone ke telinganya. Kepalanya ia angguk-anggukkan mengikuti irama musik yang tengah ia dengar. Matanya menelusuri setiap sudut sekolah.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now