5 - Akur

11.9K 643 29
                                    

Kringgg

Bel yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Bukan, bukan senang karena mereka akan pulang ke rumah dan rebahan santai dikasur masing-masing, melainkan mereka senang karena akhirnya mereka dapat melihat pertunjukan langka yang akan terjadi sebentar lagi di lapangan sekolah.

"Ren, Rel, lo berdua ikut gue!" celetuk Nathan pada kedua sahabatnya.

Darren dan Farrel hanya mengangguk sembari mengangkat kedua jempolnya. Nathan berjalan menghampiri Acha, menarik tangan gadis itu pelan.

Sedangkan Dara, gadis itu bergegas membereskan bukunya dan langsung mengejar Nathan dan juga Acha, sahabatnya.

Acha sempat meronta, namun percuma saja, tenaganya tidaklah kuat untuk melawan Nathan. Mereka berdua telah sampai di lapangan sekolah, banyak siswa siswi yang sengaja tidak pulang terlebih dahulu hanya untuk menyaksikan kejadian ini.

"DIMANA NESYA?!" teriak Nathan menggelegar.

"WOY PANGGILIN NESYA CEPETAN! JANGAN SAMPE TUH CEWEK KABUR!" perintah Nathan pada teman sekelas Nesya. Acha, gadis itu hanya menunduk malu. Dara hanya memperhatikan mereka berdua dari jauh, ikut berbaris di tepi lapangan.

Nathan beralih menatap Acha. "Cha, lo tenang aja. Si Nesya bakal minta maaf sama lo di depan umum, dan gue pastiin kalo dia nggak bakal ngapa-ngapain lo!" Acha hanya diam membisu.

Salah seorang siswi membawa Nesya kepada Nathan. Nathan tersenyum puas, ia menyuruh Nesya untuk segera mendekat kearahnya.

"Lo tau kan kesalahan lo itu kayak gimana?" tanya Nathan. Nesya mengangguk.

"Minta maaf sekarang. Gue nggak butuh maaf abal-abal dari lo! Yang gue butuhin itu maaf yang emang murni dari dalam hati lo sendiri!" sambung Nathan tegas.

Nesya mengepalkan tangannya. Gimana mau tulus dari hati gue sendiri kalo gue aja masih benci banget sama Acha! Batin Nesya kesal.

"Tunggu apa lagi? Cepetan dong!" suasana mendadak hening. Kini, di tengah lapangan hanya ada Acha dan juga Nesya. Nathan, laki-laki itu sudah berjalan menepi, mengawasi gerak-gerik Nesya dari kejauhan.

Nesya memberanikan diri untuk menatap Acha. Tampak gadis itu diam menatapnya datar. "Cha, g-gue m-minta m-maaf sama lo!" ujar Nesya terbata-bata.

Acha hanya diam. Tentu saja hal itu membuat penonton menjadi tegang sendiri.

"Gue emang benci banget sama lo. Tapi gue tau gue tadi udah keterlaluan banget sama lo!" ungkap Nesya yang pasti tidak sepenuhnya ucapannya benar.

"Gue minta maaf sama lo!" Acha tersenyum. Bukan senyum manis yang biasa ia tampilkan, melainkan sebuah senyuman yang tidak dapat ditebak oleh orang lain tak terkecuali Nesya sendiri.

"Gue udah maafin lo!" jawaban Acha membuat penonton melongo. Segampang itukah Acha memaafkan kesalahan Nesya? Pikir mereka.

"Lo beneran?" tanya Nesya tidak percaya.

Acha mengangguk. "Iya, gue udah maafin lo. Tapi inget, sekali lagi lo ganggu gue, gue nggak segan buat lo lebih menderita dan lebih malu daripada ini!" ancam Acha serius. Ia tidak pernah main-main dengan ucapannya, sama seperti Nathan.

Didalam hati Nesya menyumpah serapahi ucapan Acha barusan. Namun, sebisa mungkin Nesya tersenyum di depan Acha. "Eng... kalo gitu makasih banyak ya, gue pulang dulu!" Nesya segera menerobos siswa siswi yang berbaris di tepi lapangan.

Acha bersedekap. Senyuman sinis terbit dikedua sudut bibirnya. Gue tau lo itu cuman pura-pura aja, Nesya! Batin Acha.

Nathan menghampiri Acha. Raut wajahnya tampak kesal. "Cha, lo kok gampang banget sih maafin tuh orang?"

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang