Chapter 25

1.7K 47 2
                                    

"Key ice cream-nya cair." Kesya menatap ice cream yang di belikan Putra.

"Yah." Kesya menjilat ice cream itu.

Kesya mencolek ice cream kemudian ia mendapatkan ide. Jarinya yang terkena lelehan ice cream itu memeperkan ke pipi Putra.

Putra menatapnya dengan sebal. "Key ih kotor." Mendengar perkataan Putra membuat Kesya melakukan untuk kedua kalinya.

"Ihhh awas ya!" Putra memeperkan ice cream itu lagi kepada Kesya. "Lengket Putra!!!" Rengek Kesya.

Kemudian terjadilah aksi coret mencoret dengan menggunakan ice cream. Wajah mereka berdua penuh dengan ice cream. Putra merogoh kantungnya. Mengambil sapu tangannya kemudian membersihkan wajah Kesya.

Setelah keduanya bersih Kesya mengajaknya mengelilingi taman ini.

"Put ayok ih kita jalan - jalan!" Ajak Kesya.

Putra menatap wajah Kesya. "Kamu ga cape Key?" Tanya Putra.

Kesya menggeleng. "Nggak cape kok, udah ayok jalan ih lama dehh," Cibir Kesya.

Kesya dan Putra menelusuri taman rumah sakit ini. Tamannya begitu luas. Kesya melihat dari kejauhan terdapat anak perempuan yang menangis dengan menggunakan baju rumah sakit.

Kesya meminta agar Putra mendekat ke arah gadis itu.

"Put ke sebelah sana." Mata Putra menghempit, coba melihat gadis itu. "Di sebelah sana?" Katanya sembari menunjuk gadis itu.

"Iya sebelah sana." Jawab Kesya.

Sudah sampai di depan gadis itu ia menatap gadis kecil lekat. "Dek lagi ngapain?" Ujar Kesya.

Gadis kecil itu menatapnya takut seolah - olah dirinya mau menculik gadis itu.

"Kaka bukan penculik kok tenang aja." Kata Kesya lembut,namun perkataannya di abaikan oleh anak gadis kecil itu.

"Emm Kenalin nama kaka Kesya, nama kamu siapa?" Kesya memperkenalkan dirinya dengan gadis kecil itu. Kesya mengalurkan tangannya.

Gadis kecil itu memandang tangan Kesya kemudian membalasnya. "A-aku Rara." Balas gadis kecil itu dengan gugup.

"Rara kenapa nangis?" Kesya tak tega melihat gadis kecil ini.

"Kata dokter Rara ga bisa sembuh ka dan katanya umur Rara udah ga akan lama lagi." Ternyata gadis itu menangus menatapi nasipnya.

"Rara ga boleh nangis ya, dokter itu bukan tuhan yang tahu kapan manusia di ambil nyawanya, Mengetahui umur manusia. Dokter itu juga manusia tidak mengetahu kapan umur manusia. Dan kamu ga boleh sedih ya." Ujar Kesya panjang menimbulkan senyum gadis kecil ini.

"Jadi perkataan Dokter itu salah ya ka?Berarti umur Rara masih lama yeayyyy Rara seneng banget tau kak." Ujar Rara yang girang.

"Memang kalau kaka boleh tau Rara sakit apa?" Perkataan itu membuat Rara diam dahulu. Kemudian menjawab "Rara punya penyakit kerusakan ginjal kak." Ujar Rara dengan polosnya.

Hati Kesya yang mendengarnya terasa perih. Rara-masih kecil sudah menderita penyakit kerusakan ginjal. Pasti jika tak menemukan pendonor dengan segera pasti tambah parah. Kesya cukup mengetahui jenis penyakit itu.

"emmm orang tua Rara kemana?" Tanya Kesya memegangi kedua bahu Rara.

Rara menggeleng. "Rara nggak tau di mana orang tua Rara kak." Ujar Rara yang menunjukan wajah lesu-nya.

"Lalu Rara tinggal dengan siapa?" Akibat sudah kepo dengan semua tentang Rara,Kesya menanyakan semua tentang Rara tanpa sadar Rara sudah menangis.

"Rara tinggal di panti asuhan kasih bunda." Bagaikan sungai yang mengalir melewati pipi mulus Rara.

"Ah maaf ya kaka enggak tau." Kesya jadi tak enak hati pada Rara.

"Rara mau ikut kaka?" Tak tega menelantarkan Rara akhirnya Kesya mengajak Rara untuk tinggal dengannya.
"Mau kak. Oh iya kak di belakang ka Key itu siapa?" Rara menunjuk Putra dengan jari telunjuknya. Kesya mengikuti arahan jari telunjuk Rara. Ah ia baru sadar jika dirinya ke sini bukan sendiri tetapi berdua.

"Ah ini te-

"Putra. Pacar ka Kesya." Putra memotong perkataan Kesya. Kesya melirik Putra kemudian memasang wajah datar-nya.

"Wahh pacar kak Kesya ganteng. Aku suka!" Seru Rara dengan kegirangan.

"Rara nanti kalau udah besar,Rara mau punya pacar yang ganteng kayak kak Putra. "Tambah Rara dengan mata yang terbinar.

"Yuk Rara ikut kak Key sama Kak Putra." Mereka bertiga kembali menuju kamar Kesya.

Setelah sampai di kamar ruangan Kesya. Kesya beristirahat. Putra mengantarkan Rara ke kamarnya.

"Yuk sekarang giliran Rara yang istirahat." Perintah Putra.

"Yaudah ayuk, padahal Rara mau main dulu." Lirih Rara dengan wajahnya yang di tundukan.

"Sutt Rara ga boleh sedih ya. Nanti kalau Rara udah istirahat Rara boleh main lagi sama kak Key oke?" Putra melakukan cara ini agar Rara mau beristirahat. Putra juga kasihan dengan Rara yang sudah mempunyai penyakit seperti ini di waktu kecilnya. Di umur yang segini harusnya ia gunakan untuk bermain dan bersenang - senang. Namun bukannya merasakan itu semua ia malah merasakan pahitnya hidup.

"Janji ya kak Putra?" Rara ke girangan mengetahui nanti dirinya di izinkan main dengan kak key.

Putra mengalurkan jari kelingkingnya kepada Rara seakan 'janji'Kemudian Rara membalas dengan jari kelingkingnya.

Sehabis mengantarkan Rara, Putra mendekatkan kantin. Saat ini fikirannya sedang banyak. Masalah Kesya belum selesai. Bagaimana jika nantinya Kesya meminta di usg kandungannya? dan ternyata tak ada ada janin dalam perutnya. Memikirkan itu membuat Putra tersenyum miris.

Putra memhubungi seseorang untuk membantunya menyelesaikan masalah ini. Setelah panggilannya terhubung Putra berbicara.

"Hallo?"

Terdengar suara dari seberang sana.

"Lo bisa bantu gue?" Katanya langsung to the point.

"Bantu apa nih? kalau gue bisa gue bantu." Ternya orang ini sudah berubah ia fikir kemarin hanya tipu belakang saja.

"Nanti gue ceritain! Lo ke sini dulu aja. "

"Lo dimana?"

"Di rumah sakit tempat Kesya di rawat." Ujarnya.

"Oke,gue segera ke sana!!"

Habb!

Suara telepon itu terputus. Setelah me-rilex-kan otaknya,Putra kembali ke ruangan Kesya takut - takut jika orang itu sudah sampai dan mencari keberadaannya.

Putra berjalan,mendaratkan bokongnya di kursi depan ruang Kesya.

"Putra!" Panggil seseorang.

"Lo kenapa Put?" Ujar orang itu menatap wajah lesu Putra.

Sambil menggeleng Putra menjawab "Gue bingung harus gimana Syel."

Orang itu adalah Ghisyel yang jahat padanya dan Kesya sekarang sudah berubah.

"Memang ada apa?" Siapa tahu Ghisyel dapat menemukan jalan keluarnya.

"Kesya syel Kesya" Suara Putra sudah terdengar lirih.

"Kesya? Ada apa dengannya?" Ghisyel mencoba tenang. Ia tidak boleh terlihat panik jika ia panik maka Putra akan tambah sedih.

"Kesya keguguran." Setelah mengatakan itu Putra menangis ia tak bisa menahan air matanya.

"Jadi Kesya keguguran?" Tanya Ghisyel memastikan.

Putra mengangguk lesu.

"Apa? Ja-jadi aku keguguran?!"

Jangan lupa follow ig @diiniaf nanti di folback kok:)) see you.

11 Mei 2020.

Kesya ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt