EMPAT (Malu)

416 240 322
                                    

Untuk pagi ini, terima kasih. Hadirmu jadi pengobat rasa sakitku.




Plakk!!

Terlihat pria paru baya menampar seorang anak laki-laki di depannya. Dengan tatapan nanar ia memandangnya, dirinya benar-benar kecewa atas perkataan anak laki-laki bersurai legam itu.

Tamparan keras itu membuat wajah sang anak berpaling, dan tentunya membekas merah di bagian pipi kanannya. Dirinya hanya bisa mengelus wajahnya pelan, kemudian mendecak kesal.

"Kamu berani sekali bilang begini ke papa!"

"Aku bilang begitu, karena emang kenyataan pa!"

"Kamu udah nggak tau cara menghormati orang tua!"

"Buat apa?, papa sendiri udah nggak menghargai mama."

"Kamu bilang apa?" mengerutkan keningnya.

"Papa kemana aja selama mama sakit?."
"Papa kira aku gak tau kelakuan papa di luar sana."
"Papa berduan sama wanita lain, padahal mama sedang sakit pa!" ujarnya.

"LINTANG!!" bentak pria paru baya itu.

"Lintang."

"Lintang." teriak perempuan di sebelah Lintang.

"Lin." mengguncang tubuh Lintang.

"Lintang." teriak perempuan itu sekali lagi.

"Haaahh!"

Lintang terbangun, ia seperti habis berlari maraton 200 meter. Detak jantungnya cepat, nafasnya memburu, dan keringatnya mengucur di dahinya.

Ia sedikit tersentak melihat sosok perempuan duduk di sampingnya. Tangan kanan perempuan itu meraba dahi Lintang, sedangkan tangan kirinya meraba dahinya sendiri.

"Laras!" suara serak bangun tidur.

"Kamu nggak papa kan?" tatap laras khawatir.

"Aku gak papa, kamu kenapa ada di sini?" desis Lintang pelan.

"Aku rencananya mau berangkat sekolah bareng kamu, di bawah aku ketemu kak Bagas. Ia nyuruh aku ke kamar kamu."

Dalam hati, Lintang mendecih kesal bisa-bisanya abangnya nyuruh perempuan ke kamar laki-laki yang masih tertidur. Kalau perempuan itu lihat yang aneh-aneh kan bisa berabe.

"Kok mendadak mau berangkat bareng?, padahal rumah kamu jauh."

"Y_Ya karena kemarin kamu cuek ke aku..., balas pesannya lama udah gitu singkat, ku kira kamu marah."

"......."

"Tadi aku kaget banget pas buka pintu kam_." lanjut Laras

"Kok kaget?" Potong Lintang.

"Aku lihat wajah kamu keringatan."

Menghela nafas, "Syukurlah."

"Kok syukurlah?"

"Gak papa." berusaha bangun dari  tempat tidurnya.

"Mau ke mana?" kening mengerut.

"Mau siap-siap dulu, kamu tungguin aku di bawah ya." ujarnya duduk di sisi ranjangnya.

Laras terdiam sesaat, berpikir akan sesuatu. Hei... Kenapa Lintang terlihat tampan sekali setelah bangun tidur, aduh sadar laras, tapi... ah sudahlah.

"Laras?." menghadap ke Laras.

"Ehh iya Lin."

"Ngelamun?"

"Nggak." menggeleng.

CANDALA [Lebih Dari Sekadar Minder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang