SEBELAS (Bersalah?)

197 126 114
                                    

Menangislah, setiap manusia punya sisi rapuh.



"Huaaa capek banget nih."

"Iya nih, kaki gue pegel."

Banyak sekali keluhan yang tersengar dati siswa-siwi yang baru saja bubar setelah kegiatan upacara bendera.

Wajar saja kalau mereka mengeluh, merasa capek, kelelahan dan semacamnya. Kalian pasti tau kan, kalau upacara itu berdiri dari awal sampai akhir kegiatan.

Cukup menguras tenaga, tapi tidak akan sebanding ketimbang perjuangan dan pengorbanan pahlawan bangsa dalam memberantas para penjajah.

Laras dan Chacha kembali ke kelasnya setelah barisan dibubarkan, disusul Lintang yang melangkah tergopoh-gopoh dibelakangnya.

Pria bersurai legam itu terlihat mencari-cari sesuatu, matanya gencar melirik kesana kemari seperti mengbsen siswa-siswi yang berjalan disekitarnya.

Ia mencari Karin, ia kembali teringat dengan anak bersuari sebahu itu. Apakah Karin tidak masuk sekolah?, apakah ayahnya memukulinya lagi?.

Pria itu benar-benar gelisah sewaktu berjalan di belakang teman perempuannya, pasalanya ia juga tidak melihat Fadil sedari tadi. Padahal ia ngin sekali menanyakan perihal Karin pada temannya yang beralis tebal itu.

"Langit!" mengibas tangannya, agar temannya yang dari kejauhan itu dapat melihatnya.

"Eh iya, ada apa Lin?" melihat ke Lintang

"Lu liat Fadil gak?."

"Nah itu dia, gue juga dari tadi nyariin dia." menggaruk kulit kepalanya.

"Nggak masuk dia?"

"Nggak tau." bahunya terangkat. "Eh gue duluan ya soalnya mau cek kelas dulu, siapa tau ada Fadil."

Mengangguk, "Oke oke hubungi gue ya, Kalau Fadil ada."

Langit berjalan meninggalkan temannya yang bersurai legam itu, mereka memang beda kelas ia di kelas XII A, sedangkan Lintang di kelas XII B. Mereka bisa kenal, karena waktu ospek satu tim.

Lintang juga beranjak dari sana, memilih mengejar dua teman perempuannya yang sedari tadi sudah meninggalkannya.

Ketika hendak menuju kelas, pria jangkung itu merasakan telepon selulernya bergetar, seperti ada notifikasi yang masuk.

Ia merogoh kantong celananya, mengambil telepon seluler miliknya, dan tidak salah dugaanya, memang betul ada notifikasi pesan di sana,.dari Fadil.

"Pucuk dicinta wulan pun tiba" batinnya.

Pria bertubuh jangkung itu membuka pesannya dari Fadil, baru saja ia membaca isi pesan tersebut, raut wajahnya mendadak berubah, alisnya tertekuk dan tersambung, kerutan di keningnya nampak dalam, pria itu membuang nafasnya kasar.

Batara Fadil

Lin, Karin masuk sekolah nggak?
Gue hubungin, dia nggak aktif
Kemarin gue nggak bisa kerumahnya
Soalnya maag gue mendadak kambuh
dan mak gue nggak ngebolehin gue pergi
Sekarang pun gue nggak bisa masuk sekolah.
                                                         8.10

"Arghhh sialan Fadil, kenapa dia baru bilang sekarang." pekiknya.

Tanpa membuang waktunya, ia berlari menuju kelasnya berharap Karin ada di sana. Pria jangkung itu melalui Chacha dan Laras begitu saja, sampai menubruk orang-orang di depannya.

Dugkh

Akhh!

"Lu kalau jalan hati-hati dong!." ujar satu siswa.

CANDALA [Lebih Dari Sekadar Minder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang