2 PULUH (Gatol)

60 27 72
                                    

Perjuangan mendapatkan hatinya itu tidak mudah, butuh semangat dan antusias yang membara.



Laras pulang lebih dulu, meninggalkan dua temannya, pria jangkung dan perempuan bersurai sebahu itu. Ia dijemput oleh papanya yang tetap tampan di usianya yang sudah tidak muda lagi.

Selepas kepergiannya, kedua temannya juga bergegas meninggalkan pelataran sekolah mereka. Lintang pulang bersama Karin, rencananya ia akan mengantar perempuan bersurai sebahu itu pulang, baru kemudian ia pulang ke rumahnya. Alasannya karena rumah mereka satu arah.

Laras merasa berat hati meninggalkan dua orang itu, walau mereka sudah membuat kesepakatan bahwa masing-masing akan pulang ke rumahnya terlebih dahulu, mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa untuk kerja kelompok di rumah Lintang.

Meski ada kesepakatan, tetap saja rasanya berat, karena Karin pulang bersama Lintang. Ah apakah sekarang ia sedang cemburu?, tapi... Apa haknya akan hal itu.

Perempuan bersurai panjang itu menghembuskan nafas beratnya beberapa kali, sehingga menarik perhatian papanya yang sedang asik memegang kemudi mobil.

"Kamu kenapa dek?"

Menoleh ke papanya, "Nggak papa, pa."

"Ada masalah di sekolah?"

"Nggak pa." menggeleng.

"Kelihatannya kamu kayak ada beban gitu." menoleh ke anaknya sekilas lalu kembali menatap jalan raya.

"Emm... mau kerja kelompok pa."

"Ooh Kapan?"

"Sebentar, di rumah teman. Boleh ya pa?"

Mengangguk, "Tapi papa nggak bisa antar, soalnya mau jemput mama kamu di rumah nenek."

"Kan ada kak Raka, pa."

Tersenyum, "Pulangnya jangan kemalaman ya dek."

"Siap bos." mengajukan jempol, dan tersenyum cerah. Ia berhasil menyembunyikan rasa khawatirnya dari papanya.

Sekitar lima belas menit berkendara, pria paru baya itu menginjak pedal remnya, menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumahnya.

Satpam yang berjaga sudah sedia membukakan pagar untuk tuannya, tetapi sang tuan memberi kode kalau pagarnya tidak usah di buka lebar, karena ia akan segera pergi menjemput istrinya.

Pria itu kemudian mengelus pelan pucuk kepala anaknya dan melontarkan senyum simpul, sebelum perempuan bersurai panjang itu turun dari mobil. Laras membalas senyum papanya dengan senyum manis miliknya.

"Hati-hati pa."

Laras turun dari mobil, kemudian menutup pintu mobil itu setelah mendapatkan respon anggukan dari papanya.

Ia memandangi mobil dengan variasi warna grey di hadapannya mulai dari mobil itu melaju sampai kemudian berbelok, sehingga kedua netranya tak bisa lagi menangkap siluet mobil papanya.

Perempuan bersuarai panjang itu membalikkan badannya kemudian melangkah masuk ke pelataran rumanhya. Satpam penjaga menyambutnya dengan senyum ramah, dan ucapan selamat sore. Ia pun membalasnya dengan ucapan yang sama serta senyum khasnya.

Langkahnya ia percepat, pasalnya ia akan kerumah Lintang, dan tidak mau terlambat, waktu bersama pria jangkung itu sangat berharga sayang jika di sia-siakan. Alangkah lebih baik jika ia lebih dulu tiba di rumah Lintang ketimbang Karin, bukannya tidak mau kalah, hanya saja... ah itu susah di jelaskan.

Ia membuka pintu rumahnya, mengucapkan salam dan melewati ruang tamu yang luas itu. Matanya gencar mencari sosok pria yang harus mengantarnya ke rumah Lintang. Sang empu yang di cari ternyata sedang tidur di sofa memeluk boneka panda yang cukup besar.

CANDALA [Lebih Dari Sekadar Minder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang