ARSENA: CHAPTER 14 ✔

2.4K 213 3
                                    

CHAPTER 14


"Hay, boleh gabung nggak?"

Spontan semua menoleh ke arah orang tersebut, namun anehnya disaat Sena, Nina, dan Nino melemparkan senyum kepada orang itu, Regan malah melemparkan tatapan permusuhan.

"Eh ada si ganteng, gabung aja gak papa," ujar Nina malu-malu, Nino mengetuk kepala Nina dengan kunci motor.

"Gabung aja, Lang. Gapapa kok." Sena tersenyum ramah pada Galang meski ia masih kesal pada Galang atas kejadian kemarin, Galang duduk di samping Nino, atau lebih tepatnya di samping Regan. Tatapan tajam Regan, tak lepas untuk menatap wajah Galang yang menjijikan bagi Regan.

"Eh, kenalan dong. Gue Nina Rizkyana." Nina mengulurkan tangannya dan tentu di sambut ramah oleh Galang.

"Galang Herlangga."

"Nama lo Galang? Gue panggil baby boleh nggak?" tanya Nina antusias, Regan memasang wajah seolah ingin muntah.

"Tanggung amat manggilnya babi, anjing nya nggak?" Aduh bang Regan, yang di maksud itu baby, bukannya babi! Ganteng-ganteng kok bego!

Sena menatap Regan dengan sabar, ia mengerti Regan. Namun yang ditatap mengangkat bahu nya acuh dan lebih memilih memainkan game di ponsel. Jika kalian berpikir Regan sedang bermain ML, game kesukaan Sena dan Regan. Kalian salah! Ia sedang berusaha mengalahkan Kodok Zuma.

"I-iya gapapa, hehe."

"Eh, lo pesen yang banyak aja. Regan yang traktir." Regan menatap Nino dengan tatapan membunuh, seolah ia berkata, lo pulang lewat mana bro?

"Enak aja! Mentang-mentang cafe ini punya nyokap gue sama Sena, kalian bayarin orang seenaknya!" bantah Regan.

"Ternyata ini cafe nyokap lo sama si dia?" Sengaja Galang menekankan kata dia, mungkin ia berusaha memancing emosi Regan karna masih dendam.

"Iya, ini punya nyokap gue sama Regan," jawab Sena sekenanya.

"Btw, lo dari mana? Pas banget mampir di sini." Sepertinya dunia akan menjadi milik mereka berdua.

"Gue habis dari apotik, beli obat buat nyokap."

"Nyokap lo sakit?"

"Nggak kok, cuma vitamin aja."

"Ekhemm.. Bagus amat ye, dunia serasa milik berdua yang lainnya ngontrak. Sampe gak sadar ada yang panas," sindir Nino, Nina dan Nino pun menahan tawa. Karna ia melihat betapa lucunya gelagat cemburu namun gengsi dari seorang Regan.

"Berisik banget lo berdua! Lo nyindir gue?!" Regan mendelik sinis pada kembar yang sedang meledeknya, entah mengapa ia merasa kata itu di tujukan untuknya.

"Dih, situ ngerasa, Maas?" Regan mengacuhkan jawaban dari Nino, diam-diam ia memerhatikan dua orang yang sedang asik mengobrol. Hatinya mulai panas melihat pemandangan yang menyakitkan dari depan.

"Sena, gue mau ngomong sesuatu berdua sama lo. Bisa kita ke depan sebentar?" tanya Galang, Sena melirik Regan meminta jawaban. Namun Regan malah mendelik sinis.

"Oh oke, gue sama dia ke depan sebentar ya, bye!"

Sena dan Galang telah hilang dari pandangan mereka, sebenarnya Regan berinisiatif untuk menguping. Namun tidak memungkinkan karna ada si duo rese yang pasti akan meledekinya.

"Dek, lo ngerasa ada aura-aura cembokur gak sih?" tanya Nino, Nina mengangguk.

"Sejak saat pertama, ku lihat senyumannya. Jantung berdebar-debar, inikah pertanda."

ARSENA [COMPLETED] ✔Where stories live. Discover now