EPILOG

4.3K 225 21
                                    

EPILOG

🍂🍂🍂

Perpisahan ini bukan berarti kita tak akan bertemu selamanya. Namun perpisahan ini adalah jalan untuk menuju hidup yang lebih baik.

🍂🍂🍂

Hari ini, tepatnya seminggu setelah ujian nasional. Usai sudah ujian nasional yang mereka lewati, dan dinyatakan lulus 100%, ujian yang kelas XII lewati kemarin selama 3 hari, kini adalah hari yang akan selalu dikenang.

Dimana mereka saling mengucapkan salam perpisahan, meninggalkan seluruh kenangan yang melekat dikelas yang mereka tempati.

Tak ada lagi, kelas yang berisik, rela datang pagi demi mengerjakan sebuah tugas yang harusnya dikerjakan dirumah. Tak ada lagi, gosipan para perempuan dikelas, tak ada lagi karoke dadakan yang digelar di kelas.

Semuanya tak akan pernah bisa mereka rasakan lagi.

Putih abu-abu, masa-masa dimana para remaja mencari jati dirinya, masa-masa dimana mereka saling rangkul dengan para sahabatnya, masa-masa dimana mereka menemukan cinta sejatinya.

SMA Cahaya, sekolah yang menjadi saksi bisu, bagi mereka yang menemukan orang yang sangat berarti dihidupnya.

Berat bagi mereka untuk berpisah, namun, inilah alur yang harus mereka lewati supaya bisa melanjutkan ke pendidikan selanjutnya.

SMA Cahaya, kali ini, siang ini, pada hari Kamis. Mengadakan aksi coret-coret di sekolah, atau tepatnya di lapangan, karna kepala sekolah mengizinkan.

Maksud kepala sekolah baik, ia ingin para siswa siswi kelas dua belas, merasakan perpisahan yang akan selalu dikenang di pikiran mereka. Dan nanti malam, akan diganti dengan aja promnight.

Tapi bukan berarti tak ada larangannya, hanya aksi corat-coret, tidak lebih.

Mereka semua, sibuk meminta tanda tangan teman-teman lainnya, begitupun dengan Sena dan kawan-kawan. Bajunya pun, sudah penuh dengan spidol.

"Sini, Sen! Gue tanda tangan," ujar Eren, Sena mengangguk.

Baju mereka semua sudah dipenuhi tanda tangan. Pak Didi, selaku guru di SMA Cahaya, menghampiri Sena, Regan, dan yang lainnya.

"Yoi, ada Pak Didi," ujar Tatang heboh sambil menunjukkan kepalan tangannya mengajak Pak Didi tos, namun diacuhkan.

"Sok akrab," cibir pak Didi, Tatang di tertawai yang lainnya. Pak Didi terkekeh melihat anak muridnya yang bandel ini.

"Bercanda," ujar Pak Didi lalu memeluk Tatang.

Percayalah, senakal-nakalnya anak murid, guru tak mungkin membencinya. Guru marah pada muridnya bukan tanpa alasan, karna mereka orang tua kedua, dan ingin yang terbaik untuk muridnya.

"Gemintang, kamu harus jadi orang sukses, hilangkan kebiasaan nakal kamu, maafin Bapak, kalo Bapak suka marahin kamu, bapak marah bukan tanpa alasan," ujar Pak Didi sambil menepuk pundak Tatang.

Regan, Sena, Eren, Alira, Nina, Dito, dan Nino, terharu melihat Pak Didi dan Tatang. Benar, guru tak mungkin membenci muridnya.

ARSENA [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang