"Hm? Apa sih? Kamu ngomong apa?" tanyaku sambil bangun dari posisiku dan menggosokkan punggung tanganku pada kedua mataku.
"Kethiangan."
"Hah apa? Ketiak?"
"Ukannnn."
"Hm ikan?"
"Mamaaa!" pekik Rowoon sebal.
"Apa? Mama nggak paham."
"Ayah," ujar Rowoon sambil menunjuk Mingyu yang masih tertidur lelap di sampingku.
"Kenapa Ayah?"
"Kethiangan," ujar Rowoon sambil menunjuk alarm di bedtable yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
Tunggu. Jam berapa?
"GYU, KAMU KESIANGAN!!!" ujarku panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh Mingyu.
Si pemilik tubuh pun membuka matanya dengan lesu, lalu melihat kearah alarm di bedtable. "Oh kesiangan?"
"Oh?" tanyaku dengan satu alis terangkat.
"Ya udah gapapa lah."
"YUJIN KAN SEKOLAHHH!"
"EH IYA YUJIN!!" Mingyu langsung bangkit dari kasur dan berlari sambil memeluk guling. Kenapa harus bawa-bawa guling sih?
Tak lama setelahnya Mingyu kembali dengan ekspresi panik. "YUJIN NGGAK ADA!"
"HAH?" ujarku ikut panik. "Kemana?!"
"Nggak tau!"
"Kamu sih pake kesiangan!"
"Dih enak aja. Kamu tuh keasikan gambar!"
"Emang ada yang nyuruh kamu nemenin aku? Aku kan udah suruh tidur!"
"Loh kok—"
"Una dah cama Acen uyung."
"Arsen?!!!" pekikku dan Mingyu bersamaan.
Rowoon menatap kami bergantian dengan kedua mata polosnya kemudian mengangguk. "Adi Om Melon kecini, encet bel, ting tong ting tong, elus Ujin una ikut."
"Om Melon?" tanya Mingyu.
"Ayahna Acen uyung."
"Rowoon, namanya Om Vernon bukan Om Melon," ujarku mengelus kepala Rowoon. "Yujin noona udah berangkat daritadi berarti yah? Nggak sarapan?"
