2.4

9.5K 1.5K 197
                                    

Aku memakan makan malamku dengan tenang dan sesekali meletakkan lauk di mangkuk Yujin dan memakan lauk yang tak disukainya, sesekali juga aku membantu Rowoon dengan meletakkan lauk di sendok kecilnya sebelum jagoan kecil itu melahapnya.

Tak ada interaksi berarti antara Kak Jia dan Mingyu, keduanya hanya diam dan memakan makan malam mereka.

Sekaku itukah suasana meja makan selama aku tak ada?

"Eonnie."

"Hm?" ujarku ketika Kak Jia memanggilku.

"Ini," katanya meletakkan potongan daging besar di mangkukku sambil tersenyum, "bagian besar selalu buat eonnie."

Aku diam.
Kak Jia masih ingat.

Dia masih ingat kebiasaannya untuk selalu menyisihkan potongan daging besar untukku. Ini kebiasaannya saat dirinya adalah Jia.

Aku menggenggam erat sumpitku. Ini konyol, bagaimana bisa dia ingat kebiasaannya tapi malah lupa jati dirinya?

"Eonnie?"

"Hm?" tanyaku. "A-Ah, gapapa. Ini, nasi lebih buatmu, aku kenyang," kataku memindahkan nasi di mangkukku ke mangkuk Kak Jia.

Ini sama persis dengan kebiasaan kami di rumah.

"Makasih, Jihan," katanya dengan nada riang dan senyum lebar.

"Eh?" tak hanya aku, Mingyu dan anak-anak bahkan ikut kaget, Kak Jia justru kelihatan bingung.

"Apa?" tanya Kak Jia.

"Tadi kamu sebut ... Jihan?"

"Hm? Jihan?"

"Iya, ke ... Jia," ujar Mingyu menunjukku.

"Itu eonnie kan? Jihan? Jihan....?" Kak Jia justru malah jadi bingung.

"Jihan itu aku atau kamu?" tanyaku.

Jika Kak Jia memang mengalami amnesia disosiatif, pasti ada satu pukulan keras yang bisa membuatnya menarik kembali ingatannya sebagai Jia. Setidaknya ... aku harus membuatnya mengingat bahwa dia Jia barang hanya sedetik saja.

"Ah .... tentu saja aku kan?" ujar Kak Jia kembali ceria dan melupakan kebingungannya. "Aku Jihan, eonnie kenapa sih?" lanjutnya sambil tertawa.

"Habis makan, gosok gigi dan tidurlah. Kamu kecapean," ujar Mingyu dan menyantap kembali makanannya, dia tampak kecewa.

Aku menendang pelan kakinya di bawah meja dan Mingyu melirik ke arahku. Aku tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa tanpa suara.

Dari mata Mingyu, aku tau bahwa dia ingin sekali memelukku sekarang. Dia pasti sangat menderita selama aku pergi, hidup dengan Jihan yang bukan Jihannya pasti menyesakkan dadanya.

🍳

Aku nggak bisa tidur sama sekali, pada akhirnya aku hanya membelai rambut Yujin yang sudah tertidur disampingku. Aku tersenyum melihat wajah tidur Yujin yang begitu tenang, tetapi senyumku luntur ketika memikirkan bagaimana Yujin tidur selama aku tak ada? Apa wajahnya setenang sekarang? Apa tidurnya sepulas sekarang?

Sudah terlalu lama aku membuang waktu hanya untuk menyembuhkan diri sendiri—tidak, aku bahkan tidak menyembuhkan diri, aku melarikan diri.

Aku takut bahwa pada akhirnya Mingyu akan kembali pada Kak Jia dan aku kembali terasingkan. Tapi bukan itu masalahnya, masalahnya hanya tinggal Ibu dan Jongin. Kapan mereka mau membawa Kak Jia?

Daddyable | Kim MingyuWhere stories live. Discover now