[ 6 ]

4.3K 503 55
                                    

Seketika sepi merambat. Tak ada kata, tak ada suara. Hanya derap langkah yang mampu mengutarakan semuanya. Serta wajah-wajah panik begitu ketara disana. Kabar mengejutkan bahwa Aubee terlibat kecelakaan membuat satu keluarga itu cemas bukan kepalang.

Setelah Anvar mengantar Tara, dia bergegas menyusul sang istri dan Rion yang sudah ke rumah sakit lebih dulu. Mereka tengah menunggu Aubee yang sedang menjalani operasi darurat.

Berlangsung beberapa jam. Tak ada obrolan selama itu. Hanya hembus napas yang sesekali terasa berat. Rion juga, hanya diam seraya dirinya terus berdoa dalam hati.

Akhirnya segala kegusaran hilang sudah. Setelah tim dokter yang mengoperasi Aubee keluar. "Operasi berjalan lancar. Pasien mengalami patah tulang kaki dan rusuknya. Sempat kehilangan banyak darah. Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan sekarang. Dan keadaannya kembali stabil. Setelah observasi. Pasien akan segera kami pindahkan."

"Terima kasih." Bersyukur, mereka sungguh lega. "Rion, kamu pulang Nak, sama mama. Biar papa yang jagain Aubee malam ini. Besok kan, kamu juga perlu sekolah."

"Tapi sayang, Aubee …."

"Nggak papa, dia akan segera membaik. Tenang aja. Kalo ada apa-apa aku kabarin. Kasihan Rion, nanti capek, sama kamu juga." Misha berakhir mengalah. Benar juga, dia tak mungkin egois. Memikirkan Aubee seorang. Masih ada Rion.

"Ya udah, kami pulang."

Rion dan Misha juga tak bisa tidur malam itu. Karena terus kepikiran dengan Aubee. Ingin tahu keadaannya, tapi memang belum bisa di lihat. Karena masih menunggu observasi setelah operasi.

Paginya, Rion diantar Misha ke sekolah. Juga mengantar surat ijin tidak sekolah milik Aubee. Banyak dari mereka sudah tahu kabar kecelakaan Aubee. Ya, mereka pulang bersama dari sebuah perayaan ulang tahun kawan sekelas di sebuah kafe.

Kecelakaan terjadi di sebuah persimpangan lampu merah. Aubee sudah menaati peraturan lalu lintas tentunya. Namun, dari arah kiri yang  seharusnya berhenti, seorang pengendara motor malah memacu kendaraannya dengan cepat. Aubee mencoba menghindar, tapi kecelakaan tak terelakkan. Aubee dan motornya jatuh terpelanting dan tubuhnha terseret beberapa meter.

"Gimana keadaannya?" tanya salah satu kawan kelas Aubee.

"Udah baik, tinggal masa pemulihan." Misha dan Rion sempat menjenguk Aubee tadi pagi sekali. Mengantar makan untuk Anvar dan mengambil surat keterangan dokter. Aubee juga sudah di pindahkan ke ruang rawat sewaktu dini hari. Masih belum membuka mata, masih tidur.

"Syukurlah."

Sekitar dua minggu, Aubee nginep di rumah sakit. Pagi tadi, dia rilis dari bangunan bau obat itu, tetapi harus tetap istirahat dan kontrol ke rumah sakit.

Nasib sial untuk Rion. Karena dia yang harus bantu ini-itu di rumah. Hah! Malas sekali rasanya. Rion mangkat juga karena terpaksa. Tidak mungkin Aubee harus kesana kemari seorang diri sedangkan kakinya masih di gips.

Apalagi ketika mereka semua baru tiba di rumah. Bunyi bel terus-terusan berbunyi, menimbulkan kebisingan, membuat Rion tak bisa duduk santai barang sejenak. Segala paket, buah, sayur mayur, macam-macam ikan, banyak jenis daging, dan vitamin khusus tulang. Datang silih berganti. Namun, setelah Misha mendapat panggilan video. Rion tahu siapa biang keladinya.

"Ibu, nggak perlu repot-repot."

"Nggak papa kan, buat Aubee. Ibu nggak merasa repot. Inget ya, buat Aubee." Rion yang tak sengaja mendengarnya hanya menghela napasnya. Bibirnya tertarik tipis lalu terkekeh miris.

Rion, ini sudah biasa buat lo.

"Rion, bawain ini ke kamar Abangmu, ya? Mama lagi masak." Rion memandang sepiring buah kupas yang berada di tangan Misha. Merasa telah melakukan kesalahan, Misha menyahut. "Biar Ma …."

ORION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang