[ 17 ]

3.2K 446 59
                                    

Kalau saja, hari ini, yang bertemu dengan seseorang di depannya kini adalah Rion. Mungkin, dia tak jadi masuk sekolah. Dan memilih kabur dari sana.

"Bang," Sapanya, setelah Aubee masuk, melewati gerbang sekolah. Otomatis, terjadi bisik-bisik, disekitarnya.

"Aubee kenal sama dia?"

"Wah, mereka saling kenal, ternyata."

Mereka terkagum-kagum pada Aubee yang ngobrol dengan anak baru. Mana mereka sama-sama ganteng lagi, dan Vero bakal menyusul Aubee, jadi most wantednya para gadis. "Rion, mana?"

"Belom bangun," Berkedut samar, bibir milik sosok di hadapan Aubee. Ternyata, kebiasaannya tidak berubah dari kecil. Si pemalas.

Terjadi kebisuan di antara keduanya. Mereka sama-sama tak tahu, mau bicara apa. Apalagi, sudah lebih dari dua tahun lalu, mereka tak bertegur sapa. Juga, di kediaman Nenek. Mereka seperti tak mengenal, selebihnya karena Rion.

"Gue masuk dulu."

"Bang," Tungkai Aubee yang sudah bebas dari alat penyangga kaki itu, berhenti. "Gue pengin kayak dulu lagi."

Tanpa membalikkan badan, Aubee bersuara. "Sepertinya sulit, untuk lo juga Rion."

Vero memejamkan matanya, menghembuskan nafasnya berat, setelah Aubee benar-benat pergi. Vero tidak pernah minta pindah ke sekolah, itu. Tapi, lebih karena Nenek yang tiba-tiba memindahkannya. Vero tidak pernah tahu rencana Nenek, yang seperti ingin menghancurkan Rion, dengan rasa bersalah. Padahal, dengan seperti ini, Vero juga tersiksa. Nenek tak pernah memberikan dirinya kesempatan bicara, barang sebentar, perihal kematian Sandra. Nenek yang sudah benci setengah mati, terus saja bilang, Rion penyebabnya. Seakan membuka tambo lama.

"Tuhan, bantu aku."

~~~~~

Benar saja, menatap saja enggan. Rion seperti sudah anti pada Vero. Disana, di depan gerbang sekolah, Vero mencekal Rion agar tidak pergi. Lalu dengan cepat, Rion menghempaskan genggaman Vero. Membuat mereka menjadi pusat atensi, hanya penghuni SMA, namun tetap saja, terjadi di waktu pulang sekolah, mengakibatkan begitu banyak pasang mata, yang menyaksikan.

"Buat apa, lo kesini?"

"Ri, gue kesini, karena..."

"Karena Nenek, kenapa?" Sialan! Batin Vero. Mengapa Nenek, harus datang diwaktu ini? Vero ingin menyelesaikan semua masalah tanpa campur tangannya. Tapi, sepertinya akan sulit. Dan untuk Rion, dia sudah menduga ini akan terjadi. Akan ada Nenek, yang menjadi benteng perlindungan untuk Vero. "Kamu nggak suka?"

Menatap tanpa takut pada Neneknya. Manik hitam itu, seperti sudah terbiasa diperlakukan seperti ini. Dimanapun itu, selama Nenek bisa mempermalukan Rion secara lebih. Ternyata, doanya terkabul. Neneknya hadir tiba-tiba.

"Pembunuh."

Semua orang yang berdiri disana, tengah terkejut. Kala seorang Nenek, menyebut Rion pembunuh. Menjatuhkan rahangnya begitu lama, tak percaya dengan itu. Berpasang-pasang netra itu, segera menatap Rion, penasaran, sinis, dan berbagai macam rasa, setelah kepergian Vero dan Nenek.

Sepertinya, Rion butuh refreshing. Mengabaikan para manusia disana. Rion mending pergi saja, menuju tukang ojek pengkolan. Lalu menyebutkan alamat yang akan dia tuju. Beruntung, Rion tak menemui kekosongan, mereka tengah berkumpul disana. Terlihat dari motornya.

Tok! Tok!

Mungkin, di dalam sana, orang-orang itu tengah berpikir, siapa gerangan yang mengetuk pintu. Karena melakukan kegiatan yang sepele saja, lamanya minta ampun. Rion terkekeh sendiri. Sepertinya, ini yang terjadi, ketika seseorang menunggu Rion dan Aubee berdebat, sebelum membuka pintu.

ORION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang