[ 32 ]

3.6K 375 54
                                    

Play lagunya nanti ya. Setelah ada instruksi. Siapin aja, lagunya RAN feat HINDIA - Si Lemah, di playlist musik kamu atau kamu bisa putar di platform streaming musik kamu. Atau, play aja video di mulmed.

~~~~~

Dua minggu, akhirnya Rion membuka kelopaknya. Melewati observasi ketat, Rion kembali ke kamar inap. Kondisinya mulai membaik, walau tak bisa disebut begitu. Nyatanya, ancaman kematiannya memang tak main-main.

Malam ini, dia terbangun, karena ada yang beda rasanya. Ternyata, gorden jendela kamarnya bersinar. Jangan berpikiran kalau itu cahaya surga. Tapi, karena led curtain. Pasti Aubee yang pasang, katanya biar agak ramean. Soalnya memang kamar Rion, termasuk membosankan, tanpa dekorasi.

Beralih, pandangannya ke kursi panjang. Karena ada Anvar disana. Meskipun tak kelihatan jelas. Namun, Rion bisa merasakan guratan lelah, tercetak di wajah Papanya itu. Ah! Sebegitu banyak pengorbanannya.

Sedikit banyak, Rion paham, Anvar pasti tengah banting tulang untuk membayar biaya pengobatan dirinya yang pasti tidak sedikit. Bagaimana jika, semua orang di dekatnya sudah usaha semaksimal upaya mereka. Tapi hidupnya malah berakhir? Bukankah pengorbanan mereka sia-sia?

Uhuk!

Batuk parah mulai memberondong Rion dengan sadis. Mukanya memerah, karena mulai sesak. Anvar segera terbangun karena putranya. Setelah beberapa menit berlangsung, Rion langsung mendapat pelukan dari Anvar, keadaannya masih terengah, kepalanya bersandar pada perut pria itu, seraya terpejam. Merasakan usapan lembut jemari Anvar di kepalanya. Dia benci ketika menjadi lemah. Anvar menghentikan gerakannya ketika ada isakan di bawahnya.

"Hei, kenapa ganteng?" Anvar hanya ingin pura-pura tak tahu. Dia ingin Rion mengatakan yang sejujurnya. Wajahnya sudah tak bisa berbohong lagi.

"Aku capek jadi lemah, Pa." Mencoba untuk tak ikut menangis. Anvar merasa kehilangan udara di jalan nafasnya. "Aku benci diriku."

Menangkup muka basahnya, bibirnya bergetar. "Nggak Rion, jangan kayak gini. Papa tahu, kamu capek sama semua ini. Tapi, Papa nggak mau kamu nyerah. Oke? Ada kita. Kamu pasti hidup, kamu pasti bisa."

"Aku takut, kalau besok, aku nggak bangun lagi." Oh, Ya Tuhan. Anvar tidak sanggup untuk menahannya lagi. Pria itu hanya terus menggeleng, menolak dengan apa yang Rion katakan.

"Rion, dengerin Papa. Jangan semudah itu putus asa. Mungkin nggak hari ini, tetapi yakinlah besok atau lusa semua usaha kita akan terbalaskan. Tetaplah berdoa meski terkadang seolah-olah nggak dikabulkan." Rion masih belum terima. Dia masih terpikir akan seseuatu yang akan menghadangnya nanti.

"Papa tahu kamu jenuh, tapi hidup itu fase sayang. Nggak ada usaha yang percuma. Berhenti menganggap hidupmu sia-sia, setiap individu punya titik akhir sendiri. Dan kamu juga miliki itu. Kita nggak tahu, gimana hasilnya nanti. Jadi tetaplah bertahan ya, nak?"

"Sampai kapan?" Menelan salivanya pelan. Matanya enggan menatap Rion. "Papa juga nggak yakin, kan? Kenapa terus nyuruh aku jalanin pengobatan ini? Kenapa Papa yakin kalau aku bakalan sembuh? Nyatanya apa? Aku malah makin parah."

"Karena kamu berharga Rion. Kamu terlalu spesial bagi Papa, Mama, Aubee. Kamu limited edition, nggak ada yang kayak kamu, kamu cuma satu di dunia. Jangan pandang kekurangan kamu, apapun yang bersarang di dalam diri kamu, jangan pernah kalah darinya. Cintai dirimu yang istimewa."

Sedetik setelah Anvar menyelesaikan kalimatnya, Rion tertegun. Benarkah dirinya seberharga, itu? Atau, Anvar hanya memberi sugesti, agar dirinya tak menyerah begitu saja?

~~~~~

Jreng!

Rion tersentak, akibat ulah Aubee, yang muncul tiba-tiba, dengan membawa gitar, entah dari mana pula. Setahu Rion, Aubee tidak punya gitar.

ORION ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon