[ 27 ]

3.7K 415 54
                                    

Sepasang obsidian itu menatap sangar temannya, itu. Dan kenapa, dia harus luluh pada anak itu. "Kenapa, sih, ponakan kamu seimut itu? Kan, aku nggak bisa nolak."

"Ya, emang. Susah nolak, kalo Rion udah merengek dengan gayanya yang gemas. Jarang-jarang, lho. Dia kayak gitu."

Ya, seharian, dia merengek. Meminta setengah hari pergi dengan Aubee. Setelah itu, Rion mau menjalani pengobatan. Ya, karena itu adalah sebuah syarat. Dan juga, Aubee akan pergi setelahnya. Diantar Dimas menuju kos-kosan yang sudah di booking, karena kebetulan milik teman Dimas. Ya, Aubee segera menjadi anak kos nanti. Aubee perlu mengurus segala sesuatu disana. Nanti akan pulang lagi, pas tibanya wisuda.

"Yang penting ada Abangnya. Kalo ada apa-apa, dia pasti bawa kesini segera."

"Bukan itu, aku cuma takut. Karena Rion mudah infeksi, bakteri juga mudah masuk ke tububnya."

"Jangan parnoan deh, Dan."

"Kamu tahu B. Cepacia?" Lingga mengangguk. Bakteri yang sering menginfeksi paru pasien fibrosis kistik adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphycoccus aureus, Haemophillus influenza, dan Burkholderia cepacia complex (Bcc).*

"B. cepacia menjadi momok dan belum ditemukan kombinasi antibiotik yang efektif mengeleminasi bakteri ini secara total." Daniel menjelaskan mengapa B. cepacia sesakti itu? Banyak penelitian mengungkapkan bahwa komponen bakteri berpotensi membentuk lapisan pelindung diri yang disebut biofilm di dalam tubuh manusia, sehingga bakteri dapat menghindari paparan antibiotik maupun serangan sel imun tubuh. Potensi itu dimiliki secara alami oleh bakteri yang naturalnya berada di lingkungan.*

Infeksi bakteri ini sering kali bersifat mematikan. Pada pasien yang mengalami fibrosis sistik, bakteri ini dapat menyebabkan "sindrom cepacia" dengan gejala berupa demam, bronkopneumonia yang tak terkendali, kehilangan berat badan, atau bahkan kematian.**

"Jangan cemas, Aubee nggak bawa Rion ke tempat yang penuh manusia, dia udah janji. Dia bakal jaga Rion baik-baik."

Ya, benar, Aubee cuma membawa Rion jalan-jalan. Tidak lebih. Rion pula membawa tas, berisi oksigen portable, juga memakai masker khusus. Ya, karena memang bakteri yang sebenarnya tak berbahaya bagi manusia, akan sangat mempengaruhi kondisi pasien seperti Rion, jika terinfeksi.

Anak itu pasti jadi pusat perhatian, karena penampilannya terbilang tak biasa. Ketakutan itu selalu ada. Hanya saja, mereka akan mengawasi Rion, dan mengeceknya setiap hari.

Rion diantar Dimas sampai pintu utama rs. Urusan pamitan, sudah berkali-kali Aubee lakukan. Pergi sebentar ini. Namun, tetap saja, berpisah jauh dengan keluarga adalah pengalaman pertama kali bagi Aubee. Dia mendadak sensitif, bahkan menangis. Apalagi kala meninggalkan Rion dalam keadaan yang berbeda. Trenyuh, juga tidak tega. Tapi, apa mau dikata? Karena ini sudah menjadi keputusan. Semoga Rionnya baik-baik saja, selama dia pergi.

~~~~~

Melangkahkan tungkainya lemas, keluar lift. Tepat di lorong, tempat khusus pasien CF. Ya, mereka memang di jauhkan dari pasien-pasien lain, tapi, sesama pasien CF juga tak boleh terlalu dekat, atau nanti akan saling menularkan bakteri. Jarak yang harus mereka patuhi adalah 1,8 meter, sekitar enam kaki.

Dari jauh, Rion masih bisa mengamati Misha dan Anvar, yang tengah berbincang dengan orang, walau pandangannya sesekali kabur. Sejak sebelum masuk litf, Rion mulai batuk-batuk, lalu mendadak sesak. Iya, Rion merasa beruntung dan panik di saat bersamaan, karena kumatnya dia tidak sedang bersama Aubee. Panik juga, karena keadaannya sendiri.

Tapi rasanya seperti sekarat. Bahkan oksigen yang dia pakai tidak membantu sama sekali. Maskernya sudah dia lepas sejak tadi. Pijakan kakinya sedikit bergetar dan lunglai, tangannya masih menyangga pada tembok. Daya tahannya kian menurun, lima puluh meter, terasa seperti menempuh jarak satu kilometer.

Bruk!

Menyadari ada suara, seorang suster disana, badannya besar, namun tinggi, Gretta. Bergegas menengok, benar saja.

"Rion!" Gretta berlari. "Milly! Hubungi dokter Daniel!" Teriaknya pada suster jaga, dengan tubuh semampai itu.

Seperti terhipnotis, mendengar nama itu. Semuanya menuju ke sumber kepanikan. Anvar juga Misha terbirit-birit mendekati, diikuti tiga orang dibelakangnya. Kesadaran Rion makin menipis, dia nampak megap-megap, mencoba menarik nafas, mencari oksigen, juga sesekali batuk kencang. Tindakan medis langsung dilakukan, setelah Daniel tiba disana, berlari pastinya.

Hanya berdoa, dan menunggu di luar. Selama Daniel melakukan sesuatu pada Rion di dalam sana. Anvar senantiasa memeluk Misha yang kalut. Tak dipungkiri, tiga orang lainnya juga demikian, mereka turut khawatir dengan keadaan Rion.

Tak menyangka, kondisi ponakannya sengeri itu. Penyakit yang di derita Rion tidaklah sepele, jika fungsi parunya terus menurun, disaat belum ada pendonor. Bisa dibayangkan, apa yang terjadi padanya?

Dan, ya, memang benar, penurunan fungsi paru Rion, menurun drastis. Prognosisnya buruk, mereka harus segera melakukan rejimen itu mulai saat ini. Ya, tentu saja, itu yang akan dilakukan Rion. Apalagi syaratnya sudah terpenuhi. Jalan-jalan dengan Aubee.

Mengingat Aubee, Anvar pula Misha, bersepakat kalau tidak akan memberitahukan hal ini pada Aubee.

"Arsen," Yang dipanggil berbalik. Ya, tiga orang itu, keluarga Arsen, mereka berniat menjenguk Rion. Namun, Misha bilang, Rion sedang pergi. Ya, memang begitu faktanya. Dan juga, satu hal lagi, yaitu meminta maaf secara resmi. Mereka bahkan berlutut di depan orang tua Rion. Ya, merasa terlambat dengan semua ini. Tapi, mereka ingin memperbaiki segalanya. Memulai lagi dari awal, kehidupan baru mereka.

"Iya, Mbak."

"Aku nggak tahu lagi, harus ngomong apa sama kamu. Selama ini, kalian nyembunyiin sesuatu yang harusnya terungkap dari dulu. Harusnya kalian di rajam, kejahatan kalian nggak bisa diterima, atau bahkan lebih berat dari itu. Sampai hati kalian berbuat kejam sama Sandra. Aku aja nggak tega kalo anak-anakku sakit. Dimana otak kalian? Sandra hidup dengan tiga orang monster." Misha menarik nafas panjang, setelah mengeskpresikan kemurkaannya. Bergelut dengan otaknya yang panas.

"Keluarga macam apa itu? Kalian membeda-bedakan anak kalian. Apa untungnya? Kalian hanya menuruti nafsu, tanpa memikirkan kondisi psikis dan mental anak. Kalian nggak mabok, kan? Iya lah, kalian sadar seratus persen. Hah! Percuma aku ngomel-ngomel sekarang, nggak ada gunanya, Sandra juga nggak bakal balik."

"Ini udah jadi pelajaran buat kita, Mbak." Tutur Arsen penuh sesal. Sebab, tak mungkin mereka memperbaiki keadaan yang sudah kadaluwarsa. Korban, anak mereka sendiri. Tapi mereka membuat masalah ini semakin selit belit dengan sengaja, terus sembunyi.

"Baguslah, aku juga masih enek sama kalian sebenernya. Tapi aku nggak mau nambah masalah, karena kita masih keluarga. Aku hargai itu. Lagipula, Rion, udah nggak mau bahas masalah itu lagi. Dia sendiri yang minta. Dia juga mau fokus sama pengobatannya. Putraku nggak mau neko-neko saat ini. Dia cuma mau hidup tenang."

Misha mencoba tegar, dan menahan gelegak hati yang meradang, setelah mendengar sebab dari Sandra bunuh diri. Tak menyangka, selama ini, Rion menyembunyikan hal yang menurutnya mengerikan. Mentalnya berperang di dalam sana. Pasti sangat menyengsarakan batin. Namun, kini, Rion memilih melupakan, menghapuskan memori buruk itu. Dia berjanji pada dirinya sendiri, dan tak pelak memang, pasti akan ada bekasnya. Hanya saja, semua mendukung keputusan Rion, itu yang terpenting dan paling penting.

"Jadi, aku mohon, jangan ingatkan lagi dia soal ini."

Tapi masalah ini belum sepenuhnya berakhir. Masih ada satu orang lagi, ya, Nenek. Tapi Misha tak ambil pusing. Dia sudah tak mau mengurusinya lagi, bukan dalam arti mengabaikan, tapi, dia hanya ingin, memberikan ketenangan untuk keluarganya. Hanya itu, dan juga...demi Rion.

~~~~~

*radarjogja
**wikipedia

Love ya!
Hoiland

Wonosobo, 2020/08/19.

ORION ✔Where stories live. Discover now