[ 34 ; TAMAT ]

5.8K 469 126
                                    

Hallo, Assalamu'alaikum, dears!
Akhirnya, sampai juga di ending. Deg-degan, nggak?
Hanya ada dua opsi, ya? Rion idup ato mati. Hehe!
Sebenernya, ini adalah sambungan dari part 33, karena kebanyakan, kalo jadi satu. Haha!
Siapin tissue sama mental, siapa tahu, terharu.
Atau nggak perlu juga nggak papa.
Emang semembahagiakan apa, ya?
Haha!

Thanks in advance. Karena udah sampai sini, kalian baca ceritanya Orion. Ini adalah cerita express yang aku buat. Cepet banget jadinya, dan cepet juga tamatnya.

Kalian yang pada baca, vote, dan komen itu kayak spirit buat aku untuk selesein ceritanya. Walaupun, seringnya males banget buat akhirin cerita.

Dan semoga kalian nggak kecewa sama akhir ceritanya, karena rada hambar si, menurutku. Karena dari awal, udah aku konsep begini. Dan konfliknya yang memang sedikit.

Udah ya ngocehnya.
Pokoknya super big thanks.
Borahae!
💜💜💜
Langsung aja! Cuss!
Rid it!

Ah! Ya! Kalo aku baca ini, aku bakalan puter ulang satu lagu, Saturn punya Sleeping At Last.
Cuma rekomen.

~~~~~

Seolah perkara enteng, jika Rion mati itu tidak masalah. Oke, mungkin, Rion tak akan merasakan kesakitan lagi, dia bisa bernafas bebas di dunia lain. Tapi, dirinya tak bisa membayangkan betapa sakitnya ditinggalkan.

Aubee menunduk. Tak mau menatap Adiknya. "Kenapa, sih? Omongan lo kaya mau mati aja."

"Karena gue pengin, kalian siap dengan skenario terburuk dalam hidup gue. Gue juga pengin hidup lama. Tapi ada sesuatu dalam diri gue yang bilang, buat nyiapin apa yang nggak terduga."

Inhale-exhale. Begitulah jiwa Aubee memerintah. Dia tidak boleh marah saat ini. Seseorang seperti Rion, pasti pernah berpikir demikian. Pesimis, dan seolah telah kehilangan nyawa. Itu wajar, bukan?

Hanya saja, Aubee tidak tahu, dirinya harus bagaimana menghadapi pernyataan semacam ini.

"Please, Dek. Jangan bicarain yang belum tentu terjadi. Lo, masih ada harapan, kok. Gue yakin."

Rion mengembangkan senyumnya. "Gue hidup, tapi nggak benar-benar hidup."

Bruk!

Rion merebahkan badannya di selasar tenda, yang empuk, karena dilapisi alas. "Gue pengin bobo sini, Bang." Sembari merapatkan selimutnya.

ORION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang