24) Heat

4.6K 319 29
                                    

Jung il duduk di kursi meja makan, dia sedang menunggu taehyung yang menyiapkan makan malam untuk mereka. Dari luar terdengar suara decitan pintu yang dibuka. Terlihat jungkook yang mengenakan pakaian tebal memasuki rumah.

"Eomma, Appa sudah pulang!" Jung il berteriak dari meja ruang makan. Dia turun dari kursi dengan terburu-buru hanya untuk melihat jungkook.

"Hei, jagoan." Jungkook meletakkan mantelnya di atas sofa dan membuka lengannya untuk menyambut tubuh jung il.

"Appa, aku tadi ke dokter gigi dan bibi cantik di sana bilang jika jung il sudah dewasa." Bocah kecil itu bercerita dengan gembira, mengalungkan kedua tangannya di antara leher sang ayah.

"Benarkah? Apa itu karena kau menggodanya?" Jungkook penasaran, dia tahu putranya selalu bersikap manis dihadapan orang lain.

"Ani, itu karena jung il punya taring" Pikiran jungkook berkecamuk, dia mengernyitkan dahinya. Apa putranya baru saja bercanda?  Umurnya bahkan baru mencapai 5 tahun. Mana mungkin taring serigalanya telah muncul?

Taehyung datang dari ruang tengah setelah meletakkan piring ke atas meja makan.

"Itu memang benar" Belum sempat jungkook bertanya, taehyung seakan telah mengerti dan menjawab.

Tidak seperti dugaan taehyung, alphanya hanya bereaksi dengan begitu tenang. Mungkin dia sedang mencoba untuk membuat jung il tidak mengalami tertekan dengan kondisinya. Bagaimanapun jika orang tua merasa tertekan lebih dulu anak mereka juga pasti tidak akan tenang.

"Wah, jagoan appa sudah besar. Kenapa masih minta digendong hum?"

"Ai... Appa!" Bocah kecil itu merengek dengan nada manjanya. Taehyung lantas tersenyum, jika dilihat dari luar jung il sama seperti anak normal lainnya. Dia tidak menganggap kelainan yang dimilikinya sebagai kecacatan tetapi sebuah kelebihan. Taringnya mungkin akan tumbuh tidak tahu hingga seberapa panjang, tetapi dia percaya itu bukan suatu yang buruk.

"Ayo makan malam, eomma pasti sudah memasakkan banyak makanan." Jungkook meraih pinggang taehyung menuju ruang makan bersama jung il yang berada dalam gendongannya.

.

.

.

Saat di atas meja makan mereka merasa terhibur dengan cerita jung il ketika bertemu anak laki-laki seusianya di rumah sakit. Hingga pukul 9 malam, mereka menghabiskan seluruh waktu untuk mendekatkan diri satu sama lain. Menonton televisi bermain lego dan tebak gambar. Rasanya begitu menyenangkan, taehyung berharap mereka bahagia seperti ini juga di masa depan.

"Jungkook... Apa menurutmu jung il akan baik-baik saja?" Taehyung bertanya ketika hanya ada dirinya dan jungkook di dalam kamar. Pemilik nama yang mereka bicarakan sudah tertidur di dalam kamarnya sendiri. Beribu kali taehyung menyakinkan dirinya bahwa semua akan berjalan dengan baik tetapi satu persen pemikirannya mengarah pada hal buruk.

"Ya, taringnya bahkan belum mencapai 2 centi. Dan mungkin akan berhenti tumbuh dengan sendirinya." Jungkook mengecup dahi taehyung yang bersandar padanya. Berharap itu bukan masalah yang mengkhawatirkan, untuk itu taehyung hanya mengangguk pelan. Dia mengeratkan pelukannya pada jungkook untuk menghirup aroma tubuhnya yang masih sama.

.

.

.

Pukul 12 malam, taehyung terbangun. Tubuhnya begitu panas hampir seperti rasa terbakar mengerogoti dagingnya. Dia merangkak ke atas tubuh jungkook yang tengah tertidur.

"Jungheugh..." Mata jungkook mengerjap beberapa kali, begitu merasakan aroma stoberi milik taehyung menguar di seluruh ruangan.

Bekas gigitan miliknya terlihat kembali berwarna merah pada leher taehyung.

𝙿𝚑𝚎𝚛𝚘𝚖𝚘𝚗𝚎𝚜 ✓ (ʙʟ)Onde histórias criam vida. Descubra agora