27) Serigala Kecil

4K 337 8
                                    


Kuku panjang merobek lembaran kertas hingga kecil-kecil.

"Monster....! Songsaenim... dia berubah menjadi monster." Gadis di sana bergetar ketakutan kemudian menangis. Seluruh penghuni yang berada di dalam kelas kanak-kanak memperhatikan meja belakang. Robekan kertas bercecerah dan berhamburan di atas langit-langit kelas.

Wanita muda yang tadinya menulis di papan tulis kini meletakkan kapurnya dan berjalan dengan teratur menuju meja belakang. Seluruh siswa terlihat ketakutan dengan apa yang terjadi, mereka berlari keluar kelas sambil berteriak. Goresan panjang melukai permukaan meja yang digulingkan kesembarang arah.

"Jung il! Ada apa denganmu? Kau menakuti semua temanmu." Bocah kecil itu menatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Matanya berubah warna menjadi biru kristal yang berkilat.

Wanita yang selaku guru di sana terlihat ketakutan ketika sebuah kursi kecil di lempar ke arahnya. Tempat di dalam kelas sudah sepenuhnya berantakan.

"Tolong panggilkan kepala sekolah!" Wanita itu berteriak pada muridnya yang berdiri di ambang pintu. Salah satu murid perempuan di sana berlari menuju ke ruangan kepala sekolah mereka.

"Erghrr...."Jung il menggeram rendah, dia mendekat pada wanita itu kemudian merobek bagian bawah roknya. Paha wanita itu terluka hingga mengeluarkan darah.

"Arkh...!! Sialan, apa yang kau lakukan!" Guru wanita itu berteriak tanpa ampun dan semua tindakannya disaksikan oleh seluruh muridnya yang berdiri di ambang pintu.

Kepala sekolah baru saja datang dan menghentikan segalanya.

"Apa ini?" Pria itu berlari terburu-buru tetapi tidak tahu menahu apa yang terjadi. Dia hanya mendengar muridnya mengadu bahwa ada pertengkaran di dalam kelas mereka.

"Dia, dia monster..." Wanita itu mengatakan dengan nada yang terdengar menjengkelkan. Sebagian roknya memang telah robek dan melukai pahanya meski itu hanya luka ringan.

"Yeri, jangan berbicara seperti itu. Kau itu guru di sini, seluruh murid melihat kelakuanmu. Sebaiknya kau pergi ke uks sekarang." Jackson memperingatkan gadis itu dan menyuruhnya untuk cepat pergi ke uks karena takut terjadi infeksi pada lukanya.

Jackson hwang ialah seorang alpha murni yang memimpin sebuah sekolah kanak-kanak. Dia memiliki hati yang lembut berlawanan dengan wajahnya yang terlihat keras.

.

.

.

Drtt...

Drrtt...

Ponsel Jungkook berbunyi di samping nakas. Jungkook menggapainya masih dengan mata tertutup. Dia melihat nomor yang tidak dikenal menghubungi. Mengejap beberapa kali sebelum menggeser tombol hijau.

"Ya..."

"Maaf, apa benar ini wali dari Jeon Jung il?"

Suara seorang pria yang cukup berat terdengar di telpon. Jungkook mendudukkan diri pada dashboard.

"Ya, saya ayahnya?"

"Saya minta maaf harus menganggu waktu anda, tetapi bisakah anda datang ke sekolah. Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan secara langsung."

"Baiklah aku akan datang ke sana" Jungkook menjawab kemudian segera menutup telpon. Dia melihat taehyung masih tertidur lantas hanya mengecup dahinya sekilas.

"Ssaem, appaku pasti tidak akan datang. Dia terlalu..." Jung il merancau di dalam kantor. Belum sempat melanjutkan, perkataannya segera dipotong oleh pria dihadapannya.

"Ayahmu akan datang" Jackson meletakkan kembali gagang telpon. Dia menatap bocah kecil dihadapannya yang memandang terkejut.

"Benarkan?"Kini wajah penuh binar yang terlihat di wajah Jung il.

"Ya, dia baru saja mengatakan akan datang kemari." Menghela nafas, jackson mencondongkan tubuhnya guna memperhatikan bagaimana anak kecil itu bersemangat.

"Apa ayahmu tidak pernah datang ke sekolah?"

"Sekalipun tidak pernah" Jung il menggeleng keras. Baik, ayahnya maupun ibunya tidak pernah pergi keluar bersamanya. Dia begitu penasaran, keluarga lain yang sama sepertinya terlihat bahagia ketika berkumpul bersama. Sedangkan keluarganya tidak pernah terlihat berkumpul bersama ketika pergi keluar. Jung il menjadi alpha mandiri dan dia terkadang harus pergi sendiri keluar rumah.

.

.

.

Sepatu pantofel berwarna hitam menapaki tiap lorong kelas yang cukup ramai. Salahkan dia datang di waktu jam pulang sekolah. Anak kecil perempuan yang terlihat seusia Jung il berdiri menghalangi jalan Jungkook.

"Oppa... oppa ini siapa?" Heol, benarkah dia masih terlihat muda? Bahkan usianya hampir menginjak kepala tiga dan dia masih dipanggil oppa oleh anak kecil, yang umurnya mungkin sama dengan anaknya sendiri. Oh Jungkook, kau membuat anak orang salah mengira.

"Bisakah kau antarkan oppa ke ruang kepala sekolah?" Jungkook menunduk memperhatikan wajah gadis kecil itu yang malu-malu.

"Apa mungkin oppa ini mau mendaftar jadi guru?" Gadis kecil itu bertanya lagi, kali ini teman-temannya yang merupakan gadis lain ikut menatapnya dengan penasaran.

"Eum... Tidak, Oppa ada keperluan untuk berbicara dengan kepala sekolah di sini." Rambut gadis kecil itu diusap dengan lembut. Semua gadis kecil di sana merasa iri. Mereka seperti baru saja menatap seorang artis yang mengenakan pakaian serba hitam dengan masker dan topi.

"Baiklah, tapi nanti apa aku bisa melihat wajah oppa?" Jungkook tertawa pelan dibalik maskernya. Ini mengingatkannya pada somi yang selalu penasaran dengan segala hal yang dilakukanya. Adiknya yang hampir menikah tidak pernah terlepas untuk mengkhawatirkan dirinya, Jungkook terkadang berpikir jika somi mungkin takut seandainya rumah tangga kakaknya berakhir dalam perceraian karena itu artinya hubungan dia dengan yeonjun juga akan memburuk.

"Tentu saja, jadi bisakah kau antarkan oppa ke sana sekarang?" Gadis kecil itu mengangguk patuh kemudian menggapai tangan Jungkook dan menuntunnya ke arah ruangan kepala sekolah mereka.

"Tangan oppa sangat hangat dan begitu besar." Jungkook menatap tangan mereka yang bertautan, terlihat begitu manis karena ukuran tangan mereka yang terpaut sangat jauh. Dia mengusak rambut gadis itu sambil tersenyum dibalik masker.

Begitu mereka sampai di depan pintu kepala sekolah, Jungkook melepaskan pautan tangan mereka kemudian membuka masker hitamnya.

"Terima kasih sudah mengantar oppa kemari." Gadis kecil itu kelihatan terkejut dan segera menundukkan kepala menghadap lantai. Dia begitu malu dengan orang di hadapannya yang berwajah begitu tampan.

"Ne..."

.

.

.

Suara deritan pintu yang terbuka mengalihkan seluruh atensi orang di dalam ruangan. Jeon Jung il selaku masalah dari persoalan yang akan mereka mulai terus saja menunduk menghindari tatapan sang ayah.

"Astaga, Bukankah anda Jeon Jungkook? Apa... jadi...?" Jackson membalikkan kepalanya dengan bingung menatap kedua ayah dan anak di sana. Ini pertama kalinya dia terkejut mendapati kehadiran seorang juara liga dunia yang merupakan ayah dari muridnya.

"Senang sekali bertemu anda. Anda benar-benar terlihat keren sekarang." Kata Jackson memuji.

Jung il mengernyitkan dahi.

"Jadi apakah Jeon Jung il adalah anak anda dengan Taehyung?" Setelah mempersilahkan Jungkook untuk duduk berdampingan dengan putranya yang terus menunduk takut, guru muda itu kembali bertanya.

"Yah itu benar, sejauh ini belum ada yang tahu kecuali keluarga terdekat dan salah satunya mungkin anda."



.

.

.

TBC

𝙿𝚑𝚎𝚛𝚘𝚖𝚘𝚗𝚎𝚜 ✓ (ʙʟ)Where stories live. Discover now