Kekejaman Will

339 9 0
                                    

London, Inggris

Setelah 6 bulan kepergian sang kekasih, sifat Will kini berubah menjadi semakin kejam. Salah sedikit saja, emosinya sudah meluap.

Kepergian si kekasih membuatnya tidak mau lagi mengenal cinta. Karna dia takut kehilangan dengan cara yang sama, ditinggalkan tanpa pernah bisa bertemu lagi.

Dan juga sejak saat itu Will tidak mau disentuh wanita barang sedikitpun, walaupun banyak wanita cantik kalangan atas yang siap sedia melemparkan dirinya ke ranjang demi ketenaran dan harta. Bagi Will mereka tidak ada bedanya dengan setumpuk sampah.

Will tidak pernah sedikitpun tertarik dengan mereka. Karna yang Will tau dia hanya mencintai Almarhum kekasihnya itu.

"Tok tok tok" suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Will.

"Masuk" jawab Will.

Setelah mendapat persetujuan dari CEO Manager Keuangan itu masuk dengan keadaan tubuh yang sudah gemetar, karna siapa saja yang dipanggil untuk datang ke ruangan CEO sudah merupakan pertanda buruk bagi mereka. Bagaikan ingin bertemu malaikat pencabut nyawa.

Jika beruntung ada yang keluar membawa hadiah. Jika tidak kalian sudah bisa bayangkan bentuk fisik yang sudah tidak utuh lagi.

"Kau tahu apa alasanku memanggil kau kesini?" Tanya Will dengan tatapan penuh intimidasi seorang Will.

"Maaf tuan muda saya ti ti dak tau" jawab Manager itu dengan suara terbata-bata dan keringat dingin yang sudah membasahi dahinya.

"Lihat itu" teriak Will sambil melemparkan map merah itu ke muka manager keuangan.

Saat melihat apa isi dari map itu manager itu langsung pucat pasi dan langsung membungkuk memohon ampun kepada Will.

"Maaf kan saya tuan muda" ampun manager itu dengan suara dan tubuh yang bergetar. Dia sudah bisa membayang apa akan terjadi kepadanya.

"Aku sudah mempercayaimu, tapi kau merusak kepercayaanku. Berani-beraninya kau memalsukan laporan keuangan itu. Dasar bedebah kau Anj*ng" umpat Will sambil menendang wajah manager yang membungkuk dihadapannya itu sampai hidungnya mengeluarkan darah segar.

"Kent" ucap Will.

Setelah mendengar ucapan tuan mudanya Sekretaris Ken sudah tau apa yang harus dia lakukan.

Kent bergegas mengambil pistol, lalu menodongkannya ke kepala si manager itu.

"Aku harus mulai dari mana dulu Tuan Hans, ini, ini atau ini?" Tanya Kent sambil menunjuk kepala, jantung dan tangan manager itu.

Manager itu tidak berkata apa-lagi lagi, bahkan untuk menarik napas pun dia harus berpikir dua kali. Ini salahnya karena sudah berani mengkhianati Will tanpa memikirkan apa resiko ke depannya. Ingin menyesalpun dia sudah terlambat.

"Tuan tolong ampunkan saya, tolong beri saya kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki kesalahan saya, saya janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama" ampun manager lagi dengan suara yang bergetar dan wajah yang pucat bagaikan kertas putih.

"Cih.. kesempatan kau bilang, disaat kau sudah merusk kepercayaanku kau masih berani ingin minta kesempatan?
Tidak ada kesempatan kedua untuk bajingan sepertimu, aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, lagian hanya untuk memusnahkan anj*ng sepertimu tidak akan membuat perusahaanku bangkrut, kau ingat itu" Sarkas Will kepada hans.

"Tuan aku masih memiliki anak dan istriku, bagaimana jika aku tiada, siapa yang akan menafkahi mereka kalau bukan aku" jawab manager itu dengan wajah yang sudah dibanjiri air mata.

"Kau baru mengingat keluargamu, saat kau korupsi apa kau mengingat mereka? Tidak.. kau hanya mengutamakan keserakahanmu. Jadi, saat kau berani melakukannya berarti sudah tidak ada penyesalan lagi dalam hidupmu.

The Billionaire King of The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang