Pianis Queen

243 7 0
                                    

Pukul 06:00 dirumah kontrakan Filo tampak dia sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Karna hari ini adalah hari pertamanya bekerja, jadi tidak heran kalau dia sangat bersemangat dan juga karena dia tidak mau membuat kesalahan di hari pertamanya bekerja.

"Kayanya udh pukul enam nih, berangkat sekarang deh biar gak telat" Berkata sambil mengunci pintu kontrakannya dan mulai menaiki motor maticnya.

15 menit perjalanan akhirnya Filo sampai di tempatnya bekerja yaitu Amorino Cafe.

"Malam sis" sapa Filo pada resepsionis yang kemarin. Namanya resepsionis Katty dan Filo memanggilnya sis.

"Malam juga Filo, sekarang kamu boleh masuk ke ruangan khusus untuk pemain musik nanti di antar sama waiter itu" Katty memanggil waiter perempuan untuk mengantarkan Filo ke ruangannya.

"Baik sis kalau gitu aku kesana dulu" permisi Filo pada si kakak resepsionis itu.

Katty tersenyum sambil mengangguk kepada Filo.

Tiba di ruangannya Filo melihat ada tiga orang pemain musik yang sama dengannya, ada yang bermain gitar, bermain biola dan satu orang lagi vocalisnya. Mereka yang mendengar ada orang masuk langsung menoleh dan tersenyum.

"Hello" sapa Filo kepada teman-teman barunya.

"Hai" balas mereka bersamaan.
Filo menghampiri mereka dan menjabat tangan mereka satu-satu sambil memperkenalkan namanya.

"Salam kenal kalian bisa panggil aku Filo" tersenyum tipis.

"Aku Rose" ucap seorang perempuan cantik kulit putih itu seorang pemain biola yang dilihat sekilas saja semua orang tahu pasti dia anak blasteran.

"Aku jack" kenalnya pada Filo.

Jack adalah pemain gitar, seorang pria tampan dengan mata birunya yang cerah.

"kenalin aku Michael" kata pria berwajah tampan dengan senyum manis yang tidak pernah pudar dari wajahnya.

Mereka berempat latihan dulu sebelum menampilkan lagunya di depan para pengunjung Cafe.

di Kediaman Will

"Kent, malam ini kita akan pergi ke Amorino Cafe" Will berkata kepada Sekretarisnya.

"Baik Tuan" ucap Kent

"Kent, bisa tidak kalau kita sedang tidak dikantor atau bertemu klien jangan bicara formal seperti itu. Panggil namaku saja atau panggil aku kakak" Will sudah menganggap Kent sebagai adiknya sendiri walaupun umur mereka sama dan hanya terpaut beberapa hari.

"Iya tuan, eh kakak, aku terlalu terbiasa dengan suasana formal saat kita bekerja" Inilah yang Kent suka dari tuan mudanya, walaupun dia mempunyai jabatan tinggi tapi dia tidak pernah menganggap Kent sebagai budaknya. Will malah memperlakukan Kent seperti saudaranya sendiri, karna sekarang hanya Kent yang dia punya begitupun sebaliknya untuk Kent, hanya Will yang dia punya untuk mengabdikan hidupnya sesuai wasiat ayahnya Will saat pertama kali mereka bertemu.

Amorino Cafe adalah salah satu Cafe milik Will.  Malam ini mereka berdua akan pergi ke Amorino Cafe, Cafe ini adalah Cafe yang sering dikunjungi Will jika sedang gabut di rumah atau bisa disebut Cafe kesukaannya.

Pukul 07:00 mereka berdua pergi ke Cafe hanya dengan menggunakan pakain casual, tidak menggunakan jas kerja seperti biasanya.

Amorino Cafe
Kini Will dan Kent sudah tiba di Cafe. Mereka duduk di pojok dekat kaca karena tidak mau mencolok di lihat orang-orang. Mereka berdua memesan Mocaccino.

So, before you go
Was there something I could've said
To make your heart beat better?
If only I'd've known you had a storm to weather
So, before you go
Was there something I could've said
To make it all stop hurting?
It kills me how your mind can make you feel so worthless
So, before you go

Would we be better off by now
If I'd have let my walls come down?
Maybe; I guess we'll never know
You know, you know

Before you go
Was there something I could've said
To make your heart beat better?
If only I'd've known you had a storm to weather
So, before you go
Was there something I could've said
To make it all stop hurting?
It kills me how your mind can make you feel so worthless
So, before you go

Seluruh pengunjung Cafe itu takjub saat mendengar suara merdu dengan diiringi alunan piano yang sangat indah itu, sungguh permainan piano Filo mampu menghipnotis seluruh pengunjung yang ada di cafe itu.

Tak terkecuali dengan Will dan Kent yang sedang asik berbincang, entah apa yang mereka bicarakan. Saat mendengar suara yang indah itu mereka berdua berhenti berbincang dan menikmati alunan setiap tuts piano itu ditekan dengan sangat telaten oleh jari lentik pemainnya.

"Apakah aku seperti mendengar suara Pianis Queen dan alunan pianonya sangat merdu seperti Pianis Queen kita" ucap salah satu pengunjung kepada teman-temannya.

"Benar sekali, suaranya sama persis seperti Pianis Queen" jawab salah satu dari mereka.

"Tapi tidak mungkin dia itu Pianis Queen kita, karna dia tidak pernah mau menunjukkan wujudnya" ada yang berkata lagi

"Benar sekali, mungkin ini hanya kebetulan, lagian sudah selama 6 ini kita sudah tidak pernah mendengar permainan pianonya, jadi sekarang nikmatilah lagunya" kata seorang perempuan.

"Benar katamu lebih baik kita menikmatinya, sungguh suara ini sangat indah" puji salah satunya.

"Tuan, apakah kau tidak melihat kalau gadis yang bermain piano itu adalah gadis yang tuan suruh saya untuk mencari informasinya kemarin" ucap Kent kepada Will yang langsung menoleh ke arah panggung Cafe.

Ternyata sangat mudah menemukanmu gadis kecil, lihat saja nanti akan ku karungi kau dan ku bawa pulang ke rumahku karna sudah berani kabur dariku. gumam Will lirih

"Apakah tuan tahu siapa sebenarnya gadis itu? " tanya Kent kepada tuannya.

"Kau ini bodoh ya Kent, pasti aku tahulah, dia kan putri bungsu dari keluarga Smith, jelas-jelas kau sendiri yang mencari identitasnya untukku" ucap Will kesal kepada Kent karna menanyakan pertanyaan yang sangat aneh menurutnya.

Aduhh.. kau ini salah pengertian tuan muda, bukan itu maksudku. apa gunanya IQ mu yang tinggi itu jika pertanyaan seperti ini saja kau tidak mengerti. Kent hanya berani mengumpat dalam hati, kalau sampai dia mengeluarkan umpatannya langsung, bisa-bisa dikirim ke Afrika dia oleh tuan mudanya.

"Bukan itu maksud saya tuan, apakah tuan tidak tahu dari cara permainan pianonya menunjukkan bahwa dia itu siapa" jelas Kent dengan sabar.

Otak Will masih mencerna penjelasan Kent barusan. Dia berusaha memahami apa maksud Sekretarisnya itu.

"Apakah maksudmu dia itu adalah Pianis Queen? " tanya Will memastikan jawabannya.

"Benar sekali tuan" jawab Kent.

Akhirnya kau mengerti juga maksudku tuan, kalau kau sampai tidak mengerti tadi aku lebih baik menenggelamkan diriku di laut saja daripada harus menghadapi kebodohan orang jenius sepertimu. Batin Kent

Jangan Lupa Vote dan Like readers😇🙏

The Billionaire King of The WorldWo Geschichten leben. Entdecke jetzt