31 | THE BOSS

43.7K 6.3K 298
                                    

Malam ini dua bab.

Selamat membaca ^^

***

Saat menyadari Galang tidur di sebelahnya, Gie langsung menindih tubuh Galang untuk memeluk cowok itu erat-erat. Galang sampai terlonjak kaget karena paru-parunya tiba-tiba terhimpit.

"Ugh, pagi juga sayang." Sambil menahan sesak napas, Galang mencium puncak kepala Gie. Toh sudah waktunya mereka bangun. Hari telah beranjak siang. "Gie, aku susah napas." Galang menepuk punggung Gie pelan ketika menyadari Gie tidak juga beranjak dari tubuhnya.

Gie mengangkat kepala, wajah bangun tidurnya berubah muram saat melihat ada yang ganjil dari wajah Galang. "Kenapa mukamu bengkak sebelah? Siapa yang mukul?"

"Dielus dikit juga sembuh." Untuk membuktikan ucapannya, Galang membawa telapak tangan Gie yang halus untuk mengusap kulit pipinya yang bengkak.

"Kamu tau siapa nama dia?" Gie menarik tangannya untuk coba meraih hp di atas nakas. Gerakannya lebih dulu ditahan Galang. Cowok itu tahu kalau Gie akan menelepon entah siapa lalu membuat orang yang habis membuat wajahnya bengkak dipecat atau mendapat hukuman setimpal.

"Udah diberesin tante Yvonne." Jawab Galang sambil memegangi pergelangan tangan Gie.

Kedua alis cewek itu masih menyatu, pertanda kalau dia belum puas. "Apa yang terjadi kemarin? Kenapa tante Yvonne ikut campur?"

"Tante kamu dateng waktu aku diinterogasi. Dia juga nyabut laporan dan aku dibebasin. That's all."

"Kok tante Yvonne berani sama opa?" Gie benar-benar heran. Meskipun tante Yvonne sering membantunya, tantenya itu tidak pernah secara terang-terangan menunjukkan sikap kontra terhadap Opa Atmodjo.

"Opa kamu yang nyuruh buat nyabut laporan."

Dahi Gie berkerut. "Kok bisa?"

"Aku mau cerita sesuatu tapi kamu jangan marah, ya?"

Gie diam sebentar, otaknya berputar untuk mengaitkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. "Kamu ketemu opa."

Galang tidak terkejut Gie dapat menebak. Jadi ia mengangguk.

"Kamu bikin kesepakatan sama opa." Tebak Gie lagi.

"Umm..." Galang berpikir sejenak. "Bukan kesepakatan juga sih. Ancaman lebih tepatnya."

Kedua mata Gie membulat.

Galang melanjutkan, "Aku bilang bakal ngasih tau temen-temen jurnalisku buat ngeberitain penangkapan kemarin. Biar saham Tan Group terjun bebas. Mereka nggak mau ambil resiko itu, jadi opa kamu nyuruh tante Yvonne buat nyabut laporan." Ia merapikan rambut Gie yang berantakan karena habis bangun tidur. "Aku juga ngundang keluarga kamu buat makan malam bersama minggu depan. Papa sama bunda ke Surabaya."

"Itu kan acara ulangtahun kamu sama Elsa. Kok ngundang keluarga Gie? Nanti kalo ujung-ujungnya berantem gimana?"

"Kita usahakan bukan pihak kita yang mulai duluan."

Gie baru akan protes ketika bibirnya dibungkam oleh Galang. Cowok itu memindah posisi tubuh mereka hingga sekarang Gie berada di bawah tubuhnya. Galang suka memandangi wajah Gie. Bahkan dengan mata bengkak habis menangis semalaman begini, dia tetap jadi yang tercantik.

"Pipi kamu harus dikompres pake es." Ujar Gie dengan kedua ujung bibir menekuk ke bawah.

Galang bergumam setuju. Ia meninggalkan kecupan-kecupan kecil seringan bulu di atas kulit Gie. Kepala Gie masih berkabut, terlalu penuh sesak dengan pikiran hingga tak bisa merasakan sentuhan dari Galang. Cowok itu jelas tahu apa yang ada di pikiran sang istri. Ketika sesuatu terjadi di luar skenarionya, maka cewek itu akan sibuk berpikir 'kenapa', 'bagaimana', 'apa', dan 'kapan'. Seakan seluruh dunia ini seharusnya berjalan di bawah kendali Gie seorang.

mechanic&lover [selesai]Where stories live. Discover now