34 | MINUM TEH

43.8K 5.9K 487
                                    

Galang merasa beruntung karena menjadi anggota beberapa klub mobil Surabaya. Berkat itu, dia jadi bisa mendapatkan anjing kecil lucu sebagai hadiah untuk Gie. Anjing Maltese berbulu putih dengan tinggi hanya sekitar dua puluh senti ini ia adopsi dari pacar sepupu teman dekatnya Sandi.

Galang tak sempat memberi pita atau mendandani anjing ini agar nampak lucu, toh bentukannya yang mini sudah menggemaskan. Semoga saja istrinya suka dan tidak ngambek lagi padanya.

Dollar melompat-lompat sambil menyalak senang saat Galang masuk ke dalam rumah. Gie duduk di sofa sambil makan sereal dan nonton TV. Jangankan menyambut, mendongak saja tidak.

Begitu melihat rival baru di pelukan Galang, Dollar sontak menggeram marah. Ia menganggap kalau anjing maltese yang umurnya belum genap setahun ini sebuah ancaman. Dollar menghalangi langkah Galang yang ingin menghampiri Gie.

"Mau gigit sepatu lagi?" Galang menjulurkan kakinya yang masih terlindung sepatu, mengira kalau Dollar ingin cari gara-gara seperti dulu. Dollar menggonggong heboh.

Mendengar Dollar gelisah, Gie menoleh. Ekspresi datarnya berubah saat melihat anjing mini dalam dekapan Galang. Cewek itu langsung memanjat sofa dan melompat demi bisa mengambil alih si anjing baru dari dekapan suaminya.

"Awww... ini punya siapa?" Gie mendongak dengan kedua mata berbinar. Wajahnya dipenuhi senyum.

"Hadiah. Buat kamu." Wajar kalau Galang merasa bangga karena rencananya berhasil. Malam ini dia tidak perlu tidur di sofa atau di kamar tamu lagi.

"Siapa namanya?" Gie mendekatkan wajah ke hidung si anjing maltese agar si anjing bisa menjilati dagunya.

"Belum tau. Kamu aja yang kasih nama."

Gie mengigit bibir bawahnya, menahan kegembiraan agar tidak meledak-ledak. "Nama kamu Euro." Ia mengangkat anjing itu ke wajah Galang. "Euro, ini papa."

Galang ikut tersenyum. Dia lebih ingin dicium oleh istrinya daripada oleh anjing. Saat ia mencondongkan tubuh ke arah Gie, cewek itu melengos untuk membawa Euro ke sofa. Ia sibuk menimang anak barunya. Dollar terus mengibaskan ekor sambil mengikuti kaki Gie, merasa diabaikan.

"Yah, sekarang malah sayang sama Euro. Gimana, sih?" Gumam Galang sambil mengusap leher.

"Kamu bilang apa?" Tanya Gie dari sofa.

Galang buru-buru menggeleng. "Kamu udah makan belum?" Ia justru mengalihkan topik.

Gie mengangguk singkat sambil mengangkat mangkok sereal. Gayanya masih cuek ke Galang.

"Kok makan itu doang? Aku masakin, ya?" Tanya Galang lagi.

"Nanya ke siapa? Ke Gie ato Irene?"

Astagaaa... masih ngambek rupanya!

"Ya ke kamu, lah! Ngapain bawa-bawa Irene, sih?" Galang menghampiri Gie untuk mengecup puncak kepalanya. Merasa tidak ditolak, ia memberanikan diri untuk mencium pipi Gie.

Baru beberapa senti bibirnya mendekati kulit pipi sang istri, Gie lebih dulu berkata, "Mandi. Kamu keringetan."

Galang menghela napas berat. Daripada Gie makin ngambek, lebih baik dia mengalah.

***

Usai mandi, Galang membuat makan malam. Tiba-tiba dia ingin makan opor ayam. Ia yakin Gie pasti belum pernah makan opor. Karena Gie tidak suka makanan berlemak, akhirnya Galang mengganti santan dengan krim rendah lemak. Harum masakan Galang sampai juga ke hidung Gie yang masih sibuk mengurus anak baru di ruang tengah. Kepalanya menyembul dari balik sofa.

mechanic&lover [selesai]Where stories live. Discover now