5 | HAMPIR

56.8K 7.1K 720
                                    

Jantung Mia berdegup kencang akibat terjadinya pertemuan kulit pipi dengan bibir Aiden. Dia bukan anak kemarin sore yang tidak pernah ciuman. Tentu dia pernah merasakan ciuman dengan pacar-pacarnya sebelum ini. Tapi tidak ada yang pernah menciumnya di pipi apalagi tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu.

"Kok main cipok sembarangan, sih?!" Semprot Mia di depan wajah Aiden.

Cowok bule itu masih tersenyum, moodnya lagi baik. "Tadi kamu minta upah."

"Cuma becanda! Lagian bukan minta upah cipok juga!" Mia berdiri sambil meletakkan kedua tangan di pinggang. Ia kesal bukan main.

Mia baru akan pergi ke dapur untuk mengambil pisau agar bisa menusuk Aiden kalau saja lengannya tidak lebih dulu disentuh oleh bule itu.

"APA LAGI??" Aiden sampai terlonjak kaget karena seruan Mia barusan.

"Saya mau pulang."

"YA PULANG SANA!" Mia menepis tangan Aiden darinya.

"Kok marah?"

"YA GIMANA NGGAK MARAH KAMPRET LO NYIPOK GUE SEMBARANGAN!" Mia makin ngegas.

"Sudah larut, nanti didengar tetangga." Tegur Aiden. Suaranya masih tenang. Bahkan ia terkesan sedang menahan tawa.

Mia langsung kicep. Lebih baik dia mengatur emosi sebelum pak RT datang kemari. Dadanya masih naik turun karena amarah.

Di lain pihak, Aiden malah minum coklat hangat yang tadi disiapkan Mia, kelihatan lempeng-lempeng saja. Tidak merasa bersalah sama sekali. Ia menghabiskan coklat buatan Mia sampai tetes terakhir. Usai minum, ia bangkit berdiri sambil membawa kantong baju.

"Terima kasih untuk malam ini." Aiden mengacak rambut Mia lalu pergi.

Mia yang gregetan langsung membanting pintu depan sebelum Aiden masuk ke dalam mobilnya.

***

Mia tidak sempat mengeringkan rambut karena tadi pagi dia keramas lagi. Padahal malam sebelumnya dia sudah keramas. Dan bodohnya dia lupa kalau sudah keramas. Jadilah sekarang ia duduk lesehan di lantai, bersembunyi di balik bilik kayu belakang kelas. Terlindungi.

Sedang melakukan apa?

Mengeringkan rambut pakai hair dryer yang ia bawa jauh-jauh dari rumah.

Konsulen sedang mengisi kelas, menjelaskan tentang pengalamannya melakukan PD.

PD: Pemeriksaan Dalam. Proses otopsi jenazah melalui pembedahan organ dalam, dengan tujuan untuk mengetahui penyebab kematian seseorang.

Suara dengung mesin hair dryer tidak sampai ke telinga konsulen. Mia merasa beruntung karena berinvestasi pada alat ini. Seisi kelas sedang hening karena fokus mendengarkan Panji. Hanya Mia yang nekat mengurusi rambut jam segini. Agar tidak kehilangan ilmu dan info, Mia menyalakan recorder di hpnya agar bisa merekam penjelasan konsulen di depan kelas.

Setelah rambutnya kering, Mia mengeluarkan mesin catok rambut. Isi tasnya sudah lengkap seperti salon. Usai mengoleskan vitamin rambut, Mia mencatok rambutnya agar kelihatan cantik bergelombang. Makin percaya diri dengan penampilan rambutnya yang berkilau dan lembut mirip iklan shampoo, Mia keluar dari tempat persembunyian.

"Loh, kamu ngapain di belakang?" Tanya Panji, sang konsulen.

"Saya lagi nggak enak badan tadi. Rebahan bentar." Jawab Mia cuek sebelum duduk di kursinya. Ia mengenakan jas putih snelli. Di ruangan ini, hanya Fakultas Kedokteran Dwisakti yang mengenakan jas itu. Peserta koas yang lain mengenakan jas putih lab kedodoran yang nampak culun di mata Mia.

trouble [selesai]Where stories live. Discover now