36 | SISI LAIN

50.3K 6.6K 560
                                    

Hari ini agak panjangan dikit, tapi part yg uwu-uwu nggak banyak.

Selamat baca!

***

Mia dan Aiden bertolak ke Singapura dengan pesawat pribadi milik Aiden. Mia heran, sebenarnya berapa banyak jumlah pesawat yang dimiliki oleh Aiden. Selama ini, Mia sudah naik tiga pesawat yang berbeda. Dia tidak sempat bertanya pada Aiden. Tidak ada waktu yang tepat. Selama di perjalanan, Aiden nampak sibuk dengan pekerjaannya.

Asisten Aiden bernama Lisa. Dia adalah perempuan blasteran bertubuh tinggi langsing, dengan rambut sewarna kacang almond. Penampilannya glamor sekaligus profesional dalam waktu bersamaan. Rambutnya diikat rendah di belakang kepala, kelihatan halus dan lembut.

Sikap Lisa sangat ramah terhadap Mia, menganggap cewek itu setara dengan Aiden sang bos. Membuat Mia sampai gugup sendiri.

Boro-boro diperlakukan seperti kekasih, Aiden sama sekali tidak memedulikan Mia. Penyambutanpun tidak ada. Bandara sepi-sepi saja, tuh. Aiden turun dari pesawat duluan dan berjalan di depan dengan langkah terburu. Untung Mia tadi pagi sempat sarapan roti dan susu, jadi punya tenaga untuk menyamai langkah Aiden meski ngos-ngosan. Dia kagum dengan kemampuan Lisa yang dapat bergerak lincah di atas heels sambil bicara dengan Aiden. Sesekali cowok itu menoleh ke belakang untuk memastikan Mia masih ada dan mengikutinya.

Sebuah mobil limo hitam mengkilap telah menunggu mereka di depan bandara.

Astaga, limosin banget, nih?

Mia bingung antara harus kagum atau geli.

Situasi di dalam mobil tak jauh berbeda dengan di pesawat. Aiden dan Lisa membahas pekerjaan dengan bahasa Inggris dicampur bahasa Perancis tanpa belibet. Mia mendengarkan mereka sambil ngemil kacang pistachio yang tersedia.

Saat memperhatikan interaksi mereka, muncul rasa iri di benak Mia karena sosok Lisa. Cantik, pintar, bodi killer, dan mampu mengimbangi Aiden. Ditambah, sikap Lisa juga tidak menyebalkan. Padahal awalnya Mia mengira kalau asisten atau sekretaris pribadi bos lajang+cakep seperti Aiden bakal mirip siluman. Sempurna di luar, tapi busuk di dalam.

Mia bahkan sempat berpikir kalau Lisa mencampur minuman di pesawat dengan sianida karena cemburu padanya.

Mia mendesah bosan.

Sudah hampir tiga jam dia duduk di pinggir ruang rapat, namun rapat Aiden ini tidak ada tanda-tanda akan berakhir. Sejak tadi suasananya tegang. Mungkin ini sebabnya Aiden memaksa diri untuk datang ke Singapura pada hari minggu, demi agar bisa men-skakmat semua peserta rapat yang isinya lima lusin orang dengan latar belakang usia dan etnis berbeda.

Aiden tidak puas dengan produksi bulan lalu hingga mempengaruhi penjualan. Banyak kabel ekspor yang cacat selama perjalanan. Hanya itu yang dapat Mia simpulkan dari topik rapat dadakan ini. Semua orang berkomunikasi dengan bahasa Perancis dan Jerman. Yang berbahasa Inggris hanya satu-dua orang saja.

Selain menekuni pekerjaan di bidang kontraktor listrik, perusahaan Aiden juga menguasai sektor industri kabel bertegangan tinggi yang diekspor ke seluruh dunia. Pabriknya tersebar di beberapa negara di Eropa. Singapura hanya sebagai kantor pusatnya saja.

Sembari mendengarkan Aiden menyudutkan beberapa peserta rapat yang jadi targetnya, Mia bertanya-tanya, kalau Aiden naik takhta, siapa yang mengurus Delavega Enterprises nantinya?

Setiap Aiden bertanya pada seseorang, Mia yang jantungan. Nada suaranya dingin dan tajam. Sikapnya seakan berubah drastis dari Aiden yang biasa Mia kenal. Kalau tahu marahnya Aiden begini, Mia bersyukur kemarin hanya diabaikan sepanjang hari.

trouble [selesai]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant