Chapter 1

2.5K 161 17
                                    

Ada yang terhempas, setelah berusaha untuk diterbangkan.
Ada yang tetap membekas, setelah berusaha untuk dilupakan.
🍂

SMA Taruna Bangsa. Salah satu sekolahan yang memiliki halaman terluas di Jakarta. Juga termasuk sekolah Adiwiyata yang sangat asri lingkungannya. Gerbang utama yang menjulang tinggi bak pintu masuk istana itu terbuka lebar. Memberi jalan kepada seluruh warga sekolah yang akan menghabiskan kegiatannya seharian di sana.

Setelah gerbang utama ditutup, bel masuk pun berbunyi. Seluruh murid segera mengambil topinya dan berbondong-bondong menuju halaman depan untuk melakukan upacara rutin. Apalagi, hari ini adalah tahun ajaran baru.

"Upacara bendera akan dimulai. Pasukan silahkan disiapkan," ujar pemandu upacara.

Di saat semua murid sudah berbaris rapi dan menunggu pemimpin upacara menyiapkan, seorang gadis dengan rambut panjang sepunggung dengan santainya berjalan sendirian melewati depan barisan untuk menuju kelompok kelasnya. Tentu hal itu tidak lepas dari sorotan teman se-angkatan bahkan adik kelas.

Anindia Maheswari. Gadis yang selalu diperbincangkan oleh semua murid SMA Taruna Bangsa karena sifat pendiamnya. Namun, bukan hal itu saja yang membuat gadis dengan panggilan Anin ini menjadi sorotan. Tetapi juga penampilannya yang menawan serta sikap ketus dibalik diamnya .

"Permisi," ucap Anin ketika ia menerobos barisan laki-laki paling depan.

Anin masih saja beraut muka sedatar tembok saat pandangan teman-temannya tertuju padanya. Anin sudah terbiasa, dan dia tidak akan membuat pusing dirinya sendiri.

Letak barisan kelas XII IPS 2 yang diapit oleh XII IPS 1 dan XII IPS 3 itu, membuat Anin meneguk ludahnya. Apalagi, ketika matanya menemukan dua sosok lelaki yang sama-sama sedang menatapnya. Tidak ingin membuang waktu, Anin berdiri di tengah-tengah mereka dan menatap lurus ke depan, seolah tidak ada seseorang di sampingnya.

Upacara pertama kali setelah liburan panjang, berjalan dengan khidmat. Anin berformasi hormat setelah pemimpin upacara memberi aba-aba. Mata lentiknya menatap bendera yang tengah dikibarkan. Anin merasa dua orang lelaki di sampingnya itu masih tengah menatapnya. Sedikit ragu, ia melirik ke kanan. Lelaki itu tersenyum menatap Anin.

"Hai, mantan," sapanya pelan sambil tersenyum. Anin hanya diam malas menanggapi.

Kemudian, ia melirik ke kiri. Seorang lelaki bermata teduh itu tersenyum tipis kepada Anin. Ia berucap dengan gerakan bibir tanpa suara. Seolah mengatakan 'apa kabar?' Sama seperti yang tadi, tanggapan Anin hanya diam. Dia kembali mengikuti upacara dengan tertib.

Detik demi detik telah berlalu. Upacara telah selesai. Dan Anin masih berada di sana. Memandangi barisan murid-murid yang lama-kelamaan habis karena sudah memasuki kelas. Anin sengaja kembali belakangan karena ia tahu lorong yang dilewati untuk menuju kelasnya masih padat.

Gadis itu bersandar pada tiang besi pinggir halaman. Melepas topinya, ia segera menguncir rambut panjangnya. Anin tersentak saat tiba-tiba pipinya tersentuh oleh benda dingin.

Ketika ia menoleh, matanya langsung menangkap tatapan elang dari lawannya. Dan sama seperti ketika upacara tadi, cowok itu tersenyum.

"Liburan makin cantik aja lo," ujar cowok itu sambil memberikan air mineral dingin kepadanya. Namun, karena Anin tidak menerimanya. Akhirnya, ia meminumnya sendiri.

Anin memutar bola matanya malas. Ia kembali menatap cowok yang sedang memutar topi pada kepalanya sendiri. Sejenak, ia tertegun melihat ujung rambut cowok itu berwarna hijau terang. Anin kembali menetralkan ekspresinya. Lagipula, buat apa dia memperhatikannya?

PASSADO (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang