Chapter 10

560 54 26
                                    

Tidak ada yang lebih indah dalam setiap detikku, selain menghabiskannya bersamamu.
🍂

Anin berjalan tergesa-gesa menuju loker untuk mengambil kaos olahraganya. Beberapa menit lagi, pasti guru olahraganya akan meniup peluit, yang berarti semua murid harus berada di lapangan.

Ia segera membuka loker atas nama dirinya. Tetapi, lagi-lagi, kekhawatirannya muncul ketika barang yang ia cari tidak ada di sana. Anin lupa menaruhnya di mana.

"Lo cari apa, Nin?" tanya Freya ketika menyadari wajah kegelisahan Anin.

"Lo tau nggak, kaos olahraga gue di mana?" Anin bertanya tanpa mengalihkan fokusnya untuk membongkar isi loker.

"Lah, kan, waktu itu kaos olahraganya lo bawa pulang. Masa lupa, sih? Yang waktu kena lumpur pas main voli?" Mendengar perkataan Freya membuat Anin menggigit bibirnya dalam.

Bagaimana jika nanti dirinya dihukum? Mengapa bisa ia lupa tidak membawa baju olahraga? Sementara di sisi lain seseorang memperhatikan raut wajah khawatir Anin dari kejauhan dengan kaos olahraga yang berada di tangan kanannya.

Kemudian ia berjalan mendekat dengan senyuman terukir di wajahnya. Kini ia sudah berada tepat di belakang tubuh Anin, ia pun dapat mencium aroma tubuh Anin yang selalu ia rindukan.

Tangan kanannya terulur ke depan membuat Anin seperti dipeluk dari belakang. Melihat hal tersebut Anin sontak membelalakkan matanya terkejut. Saat Anin memutar tubuhnya ke belakang, dagunya tidak sengaja mengenai bibir pria di hadapannya membuat Anin terdiam membisu.

Saat tersadar, Anin segera menjauhkan tubuhnya dari pria itu. Betapa terkejutnya Anin saat mengetahui bahwa lelaki itu adalah ... Afkar!

Jantungnya semakin berdegup kencang, ia menjadi salah tingkah saat di tatap Afkar dengan intens.

Afkar menyentuh bibirnya dengan jari tangan, lantas ia melihat wajah Anin yang kini bersemu merah.

"Anin," panggil Afkar.

Setelah Anin mampu menetralkan degup jantungnya, lantas ia membalas, "Apa?"

"Tadi kita ciu--" Anin langsung menempelkan telunjuknya pada bibir Afkar membuat Afkar menghentikan ucapannya.

"Gak usah dibahas," tukasnya. "Lo mau ngapain ke sini?" tanya Anin mengalihkan pembicaraan.

"Eh, anu, gue mau kasi lo ini," ucap Afkar seraya menyodorkan kaos olahraganya pada Anin.

"Buat apa?"

"Buat lo pake, punya lo ketinggalan, kan? Daripada nanti lo dihukum mending pake punya gue aja," jelas Afkar membuat Anin mengernyitkan dahinya.

"Gak perlu," tolak Anin cepat.

Afkar menghela napas lelah, "Kalo lo gak mau nerima ini berarti nanti pulang sekolah lo harus jalan sama gue!"

"Lho, kok gitu?"

"Lo tinggal milih aja," jawab Afkar tersenyum kemenangan.

Anin mendengus kesal, "Oke! Gue pake kaos olahraga punya lo." Anin langsung bergegas untuk mengganti seragamnya.

Sementara Afkar, ia tersenyum. Sesaat kemudian, ia meringis kala mengingat hukuman yang nanti akan ia terima.

***

Anin melihat pantulan dirinya di cermin. Ia kini sudah mengganti seragamnya menjadi kaos olahraga kebesaran milik Afkar. Ia tersenyum kala mengingat kejadian tadi, saat Afkar secara tidak sengaja mencium dahinya.

Panggilan Freya membuat Anin membuyarkan lamunannya. Ia segera ikut berlari bersama Freya menuju lapangan.

Namun, saat ia sudah tiba matanya tidak sengaja menatap barisan kelas Afkar yang sedang melaksanakan olahraga juga. Ia melihat siswa yang memakai seragam putih abu-abu tengah dimarahi oleh guru olahraga.

PASSADO (END) Where stories live. Discover now