Chapter 14

397 50 4
                                    

Kisah kita, benar-benar selesai.
🍂

"Yang bener, Afkar!" Anin menarik bukunya yang tadinya dipinjam Afkar untuk mengerjakan latihan. Tetapi, yang terjadi malah Afkar hanya mencoret setiap sudut buku itu dengan namanya ditambah pola hati yang dihias sedemikian rupa.

Hari sudah mulai petang. Usai pulang sekolah tadi, Afkar mengantarkan Anin pulang agar cepat segera sampai rumah. Mereka sudah membuat janji untuk pergi ke sebuah perpustakaan. Sebentar lagi, ujian semester 1 akan digelar. Mereka pulang ke rumah masing-masing, hanya sekedar untuk mandi dan berganti pakaian. Setelahnya, Afkar kembali datang ke rumah Anin dan meminta izin pada orangtuanya untuk mengajak gadis itu ke luar.

Sonya dan Hermawan jelas meng'iya'kan tanpa perlu berpikir lama. Hingga menghabiskan beberapa menit di jalan raya dengan berkendara motor, kini mereka sudah berada di perpustakaan umum Jakarta.

Anin mulanya hanya diam dan segera membuka buku pelajarannya. Tetapi, melihat Afkar yang juga tak kunjung membuka tas, ia pun bertanya. "Loh, buku lo mana?"

Afkar menaikkan sebelah alis. "Gak bawa," jawabnya santai.

"Terus tujuan lo kemari buat apa kalo gak bawa buku?" tanya Anin kesal.

Cowok itu hanya menyengir. "Awalnya sih, gue mau belajar bareng sama lo. Tapi pas nyampe rumah, pikirannya keputer. Jadi, sekarang niatnya cuma mau ngabisin waktu berdua sama lo."

Anin menggelengkan kepala heran. Akhirnya, dia memaksa agar Afkar membawanya ke sini tetap seperti niat awal. Ia pun meminjamkan bukunya agar Afkar juga ikut berlatih menjawab soal. Tetapi, 10 menit berlalu, yang Anin lihat adalah, Afkar hanya mencoret-coret sudut bukunya dengan tak jelas.

"Kalo belajar tuh yang bener! Jangan malah kotorin buku gue," geram Anin sesekali mencubit tangan Afkar yang masih bandel mencoret bukunya.

Afkar berdecak. "Gue gak belajar juga udah pinter, Nin. Ngapain juga belajar lagi?" Anin akhirnya memilih diam. Ia kembali berkutat pada deretan soal di depannya sembari mengamankan bukunya dari tangan usil Afkar.

Merasa jengah karena sedari tadi Afkar menggodanya, gadis itu pun berniat memberi Afkar latihan soal. "Gue mau kasi lo soal. Kalo lo gak bisa jawab, berhenti usilin gue! Kalo enggak, gue gak akan pernah anggep lo ada lagi," ancam Anin tajam. Tangannya mulai menuliskan beberapa contoh soal sulit.

Afkar yang melihatnya, langsung mencebikkan bibir. "Gak serem kok, ancamannya. Soalnya, mau lo anggep gue ada apa enggak, gue tetap ngikutin lo." Anin tidak merespon sedikitpun.

"Nih, kerjain. Awas lo gangguin gue lagi!" Anin menuding Afkar yang malah membuat cowok itu senyum-senyum.

"Gue juga mau kasi syarat balik nih. Tapi tenang aja, kayanya ini bakal lebih buat lo seneng. Jadi, kalo entar gue jawabnya bener, lo juga harus terima soal buatan gue. Kalo lo jawabnya salah, fiks besok jadi pacar gue lagi." Afkar tersenyum kemenangan sembari membuka tutup bolpoin menggunakan gigi gingsulnya.

Diam-diam, jantung Anin berdegub kencang. Kalau apa yang dikatakan Afkar tadi terjadi, apa iya, besok dia akan berstatus sebagai pacarnya Afkar? Tidak. Anin harus mengerjakannya sebaik mungkin, nanti. Tak butuh waktu 5 menit, soal astronomi buatan Anin tadi, sudah kembali ke tangannya dengan jawaban lengkap, detail, dan ... Anin mengintip kunci jawaban sejenak. Jawabannya, benar.

"Dilihat dari muka lo, gue yakin seratus persen jawabannya benar. Iya, kan?" Afkar menjulurkan lidahnya di depan Anin. Tanpa menunggu jawaban gadis itu, ia langsung saja membuatkan satu soal untuk Anin.

"Nah, sekarang coba lo kerjain ini. Kalo bener, janji deh, gue gak bakal minta lo balik lagi ke gue. Paham?" Afkar mengedipkan sebelah mata setelah mengatakannya.

PASSADO (END) Where stories live. Discover now