23. Ungkapan Dalam Diam

33 8 0
                                    

Apa, sih, yang tidak pernah kulakukan untukmu? Asalkan kamu bahagia, menyakiti diriku sendiri saja aku pernah, Flower.

* * *

"Maaf banget, ya, kalau tadi gue bersikap kasar sama lo. Gue sama sekali gak bermaksud buat nampar lo. Gue sayang sama lo, Flower ... sumpah."

Ini adalah menit ketiga sejak Wira membaringkan Flower di atas kasur di dalam kamar yang telah dipesan oleh Avery untuk mereka. Dan, sejak detik itulah, dia hanya duduk di tepi kasur seraya menatap wajah Flower yang tampak damai saat terlelap. Ada perasaan bahagia yang menyelusup ke dalam hatinya. Terasa damai dan tenang ketika sosok yang dicintainya berada sangat dekat dengan dirinya. Wira mencintai Flower sangat dalam, sungguh. Perasaan itu muncul saat dia kerap kali melihat Flower yang lewat di depan tempat tongkrongannya──sendirian. Tatapan gadis itu teduh dan sejuk. Seolah menarik Wira untuk ikut jatuh ke dalam pusarannya. Hingga ketika Wira memutuskan untuk benar-benar menjatuhkan hati, benda tak bertulang itu malah dibuat patah dan hancur berantakan.

Flower tidak menyukainya. Bahkan membuka pintu untuk menjadi temannya saja tidak. Flower benar-benar menutup diri. Membenci sosok Wira disebabkan oleh semua kebiasaannya. Ketika ia menyadari bahwa perasannya telah salah tujuan, dia hanya mampu tertawa dengan pelan. "Sekali lagi gue minta maaf buat semua hal. Mungkin setelah malam ini, lo pasti akan sangat membenci gue. Gue gak peduli, Flower. Apa pun bakalan gue lakuin asalkan lo jadi milik gue sepenuhnya. Ini adalah balasan karena lo berani menyakiti hati seorang preman jalanan."

Tepat di ujung kalimatnya, mendadak pintu kamar didobrak dari luar. Wira berdiri, siap menyambut tamu tak diundang yang telah mengganggu kegiatannya. Hingga saat orang tersebut menjulang tegak seraya menatap ke dalam matanya, Wira lantas menderaikan tawa. "Lo lagi ... lo lagi. Kenapa doyan banget jadi pengganggu, sih? Dibayar berapa lo sama Flower buat jadi pelindungnya dia?"

Lion bergeming walaupun Wira sudah mengambil langkah untuk lebih dekat ke arahnya. Sekilas ekor matanya mengarah ke arah Flower yang terbaring. Pakaian gadis itu lengkap, tak ada yang tanggal barang sehelai pun. Dia juga tidak menemukan luka apa pun pada wajah dan leher gadis itu. Sejauh ini, Flower masih terlihat baik-baik saja.

"Harusnya malam ini waktu gue sama Flower. Kenapa lo harus dateng juga coba? Gue cuma mau dia, bukan lo, Brengsek."

Kedua tangan Lion terkepal. Sedetik kemudian, dia memutar tinjunya yang sebelah kanan. Malam ini, semua jurus bela diri yang sempat dipelajari dan dikuasai olehnya akan dikerahkan tanpa sisa. Sekali lagi, dia akan menjadi pelindung Flower seperti janjinya kepada Brianna enam bulan yang lalu. Dia pasti akan membawa gadis itu pergi, menyelamatkannya dari Wira──seorang laki-laki bejat yang hendak menguasai Flower-nya.

Ketika Wira bergerak melompat ke arahnya, Lion spontan mundur dan refleks memasang kuda-kuda. Untuk kesekian kali, kegiatan adu jual beli pukulan dalam jarak dekat terjadi. Wira memimpin pertarungan. Dia merangsek Lion hingga membuatnya terdesak ke sudut ruangan. Beberapa bogem mentah dilayangkan, satu mengenai pipi Lion dan yang lainnya lebih banyak ditangkal. Puas membuat Wira kehabisan tenaga, kini giliran Lion mengambil alih semuanya.

Pertama sekali, dia meninju Wira tepat di bahu kanan yang sedetik kemudian membuatnya meringis kesakitan. Belum pun Wira siap memasang kembali kuda-kudanya, Lion sekali lagi menyerbu pada dagu bagian bawahnya. Wira mengerang, mengambil langkah mundur untuk mengatur napasnya. Kedua matanya memerah layaknya seekor banteng yang baru saja dilepas dari ikatan. Akan tetapi, sosok seperti Wira yang beberapa kali berhasil dikalahkan olehnya bukanlah lawan yang sepadan untuknya.

20.12 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang