35. Banyak Tingkah

32 10 8
                                    

Saat aku tau kamu itu hujan, aku sengaja membuang payungku ke tepian.

* * *

Makan malam baru saja dihabiskan. Saat Flower dan Lion asyik menikmati film terbaru yang tayang di layar kaca, Flower mendadak bertanya, "Kenapa, sih, Lion, kamu gak cerita soal trauma kamu ke piano?"

Lion menoleh pelan. Tak ada gurat kaget di wajahnya. "Om Jo yang cerita?"

Flower mengangguk lemah. "Aku merasa bersalah tau."

"Emang kenapa? Aku biasa aja, kok." Lion berusaha terlihat santai.

"Gak ada yang biasa-biasa aja sewaktu kita dipaksa melawan rasa takut dan benci seorang diri. Aku tau kamu gak baik-baik aja, Lion. Harusnya kamu nolak aku lebih keras lagi. Harusnya--"

"Dan, membiarkan kamu bersedih?"

Flower terdiam. Manik matanya menatap Lion tak percaya.

"Aku gak bisa, Flower. Aku gak bisa."

Demi kalimat yang baru saja Lion ucapkan, Flower berusaha menggapai lengan Lion yang bebas berjuntai. "Kamu selalu nasehatin aku supaya lebih mencintai diri sendiri. Tapi, kenapa kamu gak bisa begitu? Kenapa kamu terlalu jahat ke diri sendiri, Lion? Apa salah dia?"

Lion membuang napas. Tak ada yang salah sebenarnya. Hanya saja, Lion terlalu takut untuk membiarkan Flower terluka. Tak terhitung sudah berapa banyak patah yang ia terima hanya demi membuat Flower bahagia. Dan, malam ini, Lion tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Warna lipstik kamu bagus."

"Ck, jangan alihkan pembicaraan."

"Terus aku harus ngomong apa? Aku bahkan gak tau di mana letak kebahagiaanku yang sebenarnya, Flower. Aku gak tau apa yang sebenarnya aku inginkan. Aku buntu. Setiap hari, aku terjaga dengan segala perasaan bersalah. Aku tumbuh dengan rasa benci dan dendam di hati. Aku ketakutan. Aku lemah. Bahkan untuk tidur semalam penuh di dalam kamar pun, aku gak bisa."

"Kalau begitu berhentilah. Berhentilah menyakiti diri sendiri. Kalau memang kamu gak suka, bilang gak suka. Jangan memaksa untuk selalu membuat orang lain bahagia. Karena orang lain belum tentu bisa melakukan hal yang sama."

Lion berdiri, tetapi Flower segera meraih kedua lengannya lalu memeluknya tanpa permisi. Flower berbisik pada salah satu telinga Lion. Membuat laki-laki itu terpejam seraya mencerna kata per kata secara perlahan.

"Aku sayang kamu. Aku akan selalu ada buat kamu. Jangan pernah merasa sendiri, Lion. Kalau kamu mau, aku bisa jadi telinga atau bahu untuk bersandar."

Pertama kali dalam hidupnya, Lion merasa begitu diperhatikan. Lion tak tahu harus bersikap dan membalas dengan cara seperti apa. Lion takut, salah berucap hanya akan membawa petaka untuknya.

Keesokan harinya, saat Lion sedang menikmati makan siang bersama Samuel di kantin, Flower datang dengan gaya rusuh dan langsung menepuk pundak Lion berulang kali.

"Ck, kenapa, sih, Flower? Kenapa? Ada apa?" tanya Lion sedikit terganggu.

"Aku udah ketemu sama dia, Lion."

"Siapa?" Bersamaan Lion dan Samuel bertanya. Keduanya saling melemparkan tatapan bingung.

"Citra Cantika. Sesuai dengan namanya, anaknya benar-benar cantik. Mana senyumnya manis banget lagi."

20.12 Where stories live. Discover now