33. Kamu Lebih Tepatnya

26 9 18
                                    

Dari dulu, kamu selalu menjadi sebab dari semua rinduku. Namun, kamu tak pernah tau itu.

* * *

Saat tengah marah, kesal, kecewa, atau sedih sekalipun, maka samsak merupakan objek yang paling tepat untuk meluapkan perasaannya. Benda itu dipukulnya berkali-kali, ditonjok hingga bergetar, terus dihantam dengan membabi buta. Membuat ruang olahraga di apartemennya menggema oleh suara pukulan yang terdengar saling bersahutan. Bersama tetesan keringat yang berjatuhan ke lantai, dirinya hanya tahu bahwa hatinya baru saja dibuat hancur dengan tidak karuan.

Aku dan Lion murni cuma sahabatan. Gak ada hubungan lebih di antara kami. Lagian aku itu punya pacar sendiri, kok. Mungkin gak selamanya juga aku bakalan terus nempelin Lion. Kalo nanti pacar aku pulang, waktu aku juga bakalan kebagi.

Itu adalah kalimat pahit yang paling menusuk hati. Membuat amarah Lion terbakar, membuat ia menyadari tentang siapa dia di cerita ini. Dia memang hanya sebatas itu untuk Flower. Cuma sebagai sahabat dan tak mungkin berpindah tempat. Sudah lama juga Lion mengetahui hal itu. Namun, saat kenyataan itu kembali diulang bersama Lion yang juga ikut mendengarkan, mengapa rasanya malah sesakit ini?

"Lion!"

Pukulan kesekian pada samsak merah di hadapannya seketika dihentikan. Ia menoleh ke ambang pintu dan lantas dibuat kaget saat mendapati Flower berdiri dengan tatapan cemas mengarah ke arahnya.

"Flower? Kok, bisa di sini?"

Bukannya memberi jawaban, Flower malah berlari dan berhenti tepat di depan Lion. Ia menyentuh dahi Lion, meraba pipi, leher, bahkan seluruh wajahnya.

"Flower, ini ada apa, sih?" tanya Lion sekali lagi. Jujur saja, tindakan Flower yang satu ini membuatnya sangat kebingungan.

"Apanya yang sakit? Kamu demam? Kepala kamu pusing gak? Atau kamu beneran mules kayak yang Samuel bilang tadi?"

"Hah?"

"Jawab, Lion! Kamu ini kenapa sebenernya?"

"Aku gapapa, Flower. I'm okay."

"Seriusan?" tanya Flower yang membuat Lion cepat-cepat menganggukkan kepalanya, "Terus kenapa tiba-tiba ngebatalin janji? Aku pikir tadi kamu kenapa-kenapa, Lion. Aku pikir kamu sakit makanya sampai gak bisa nemenin aku belanja. Aku cemas banget tau gak, sih? Makanya pas aku baca pesan dari kamu, aku buru-buru ninggalin kampus biar bisa susulin kamu ke sini."

Lion tertegun bersama mulutnya yang sedikit terbuka. Ia menekuri ekspresi Flower hanya untuk mengetahui bahwa gadis ini benar-benar mengkhawatirkan keadaannya. "Sorry, Flower. Aku gak bermaksud gitu ke kamu," pinta Lion sepenuh hati.

Gadis ini lantas berdecak sekali. Seraya menatap Lion tepat pada kedua matanya, ia pun kembali bertanya, "Terus alasan kamu gak jadi nemenin aku belanja apa, dong? Kamu gak mungkin sakit, kan, kalau udah kepergok sedang pukulin samsak kayak tadi?"

"Aku ...." Lion bingung harus memberikan alasan apa kepada Flower. Karena selain dari kecewa dan sedikit terluka, maka Lion tak tahu harus dengan kalimat apa agar Flower dapat mempercayainya.

"Aku apa, Lion?" tanya Flower gemas. Ia bahkan harus menggenggam udara untuk melampiaskan rasa tak sabarnya.

"Aku kecapen tadi. Makanya harus ngebatalin janji."

"Eh? Bohong banget kamu. Mana ada orang lagi capek malah pukulin samsak? Otak kamu masih jalan atau enggak, sih, sebenernya?"

Lion seketika tertawa. Ternyata, semenyenangkan ini berbiara dengan Flower. Entah kenapa, ada perasaan bersalah yang tiba-tiba menyusup ke ruang hatinya. "Ya, masihlah. Tapi, sekarang gini aja, kita lupain tentang semua masalah yang tadi. Lupain tentang aku yang tiba-tiba pergi, lupain tentang samsak, dan juga tentang aku yang kecapean."

20.12 Where stories live. Discover now