26. Harapan dan Mimpi

25 7 0
                                    

Kalau kamu pergi, aku bakalan sama siapa lagi?

* * *

Flower benci berjarak dengan Lion. Dia tidak suka saat laki-laki itu abai, seolah tak ingin peduli tentang semua hal yang ia lakukan. Berkali-kali Lion menasihatinya agar tidak menjadi gadis yang keras kepala. Berkali-kali juga, Flower membuatnya kecewa. Kejadian malam kemarin adalah contoh tentang hal bodoh dan bentuk dari keras kepalanya dia. Salah mengambil langkah, yang pada akhirnya malah membuat Lion marah. Malam ini, Flower mencoba untuk memperbaikinya lagi.

Usai membereskan meja makan dan mencuci piring bekas yang ia pakai untuk makan malam, Flower memberi ruang untuk dirinya rebah pada sofa empuk di ruang tengah pada apartemen Lion. Pada sebuah layar televisi di depannya, tampak sebuah film barat yang tidak Flower ketahui judul dan alurnya. Biarkan saja. Toh, dirinya juga sedang tidak ingin menonton film.

Tuk!

Flower membuka mata saat mendengar suara gelas bertemu dengan meja kaca. Sewaktu mengalihkan pandang, netra kecokelatan miliknya langsung bertemu dengan sosok Lion yang saat itu telah mengambil tempat di bagian ujung kakinya. "Green tea hangat buat kamu," ucap laki-laki berkaus hitam dengan celana santai selutut.

Flower mengucapkan terima kasih usai bangkit dan duduk sedikit lebih rapat dengan Lion. Dilihatnya laki-laki itu tengah fokus menonton film sambil sesekali menyesap kopi panas yang dipegang olehnya. Flower diam tak banyak kata. Malam ini, keadaan sudah kembali baik seperti semula. Awalnya Lion memang berencana untuk makan malam di rumah Flower. Namun, si gadis tiba-tiba membatalkannya. Dia mengatakan bahwa, 'Biar aku saja yang ke sana'. Itulah kenapa malam ini Flower menghabiskan waktu di tempat Lion.

Berlama-lama di apartemen Lion adalah salah satu hal yang disukai olehnya. Bersama laki-laki ini, Flower tak pernah sekalipun merasa bosan. Seperti saat ini, usai meletakkan gelas kopi di atas meja, Lion terlihat membuka sebuah permen cokelat dan menyerahkannya untuk Flower. Membuat ia tersenyum lalu mengucapkan terima kasih kepadanya. Sama halnya seperti hari-hari sebelumnya, apartemen Lion akan selalu terbilang rapi dan bersih. Menurutnya, Lion bukanlah orang yang terlalu suka mengoleksi barang. Interiornya pun cukup enak dilihat. Simple, tapi elegan.

Memutar pandang dari potongan adegan pembunuhan di layar kaca, Flower tak sengaja menemukan selimut yang dilipat rapi dan diletakkan di atas sebuah bantal tidur. Kedua benda tersebut berada tepat pada ujung sofa sebelah kirinya. Melihat itu, membuat Flower tertarik untuk bertanya, "Bantal sama selimut ini punya siapa?"

Lion menoleh sebentar untuk menjawab, "Punya aku," dan kemudian menatap ke arah televisi lagi.

"Terus kenapa diletakkan di sini? Nanti kotor, lo. Aku pindahin ke kamar kamu, ya?"

"Jangan!"

"Eh?" Pergelangan Flower ditahan saat tubuhnya nyaris berdiri sempurna. Dia menoleh hanya untuk menemukan sosok laki-laki yang sudah meninggalkan tatapannya pada layar televisi. Kini, kedua netra sehitam arang itu menatap dengan tajam ke arahnya. Yang pada sorot tersebut, malah membuat Flower merasa seakan-akan ia baru saja melakukan kesalahan yang fatal.

"Biarin aja di situ." Lion melepaskan tangannya yang beberapa detik tadi sempat mencengkeram pergelangan tangan Flower. Dia berdeham lalu sekali lagi memusatkan perhatiannya untuk jatuh hanya pada layar di depannya.

"Tapi──"

"Green tea kamu bentar lagi udah gak hangat lagi, lo. Gak mau langsung dihabisin?"

Melihat Lion berkata seraya menyelipkan seulas senyum tipis yang tak sampai ke mata, membuat Flower paham bahwa Lion ingin segera menyudahi obrolan ini. Flower terdiam sambil sesekali menyesap teh hijaunya yang telah menjadi dingin. Hingga ketika matanya kembali memandangi Lion, dia dibuat terkejut dengan raut wajah laki-laki itu yang berubah mengeras. Kedua tangannya pun dikepal kuat. Yang dengan jelas menyuratkan bahwa emosi Lion sedang tidak baik-baik saja.

20.12 Where stories live. Discover now