NG-UPACARA[9]

57 46 53
                                    

Nggak ada quotes yak! Itu hanya khusus untuk dua chapter sebelumnya, Maap ye!^^


Selamat membaca!^^

Manik mata cantik yang menatap kearah dua insan yang tengah berbincang. Tatapannya mengartikan sebuah kebencian. Tak ada yang akan menyangkal wajah cantik ini memperlihatkan aura buruk.

Rasa lapar pagi ini menjadi tak ada niat untuk mengisi perutnya. Gea menuruni tangga dan melewati meja makan begitu saja. Tatapan kedua orangtuanya tak henti mengikuti arah berjalan sang putri.

"Arin..."

Telinga yang tertutup rambut hitamnya mendengar panggilan itu. Namun, Hatinya menolak untuk membalas itu. Ia berjalan terus sampai ia berada di halaman depan.

Langkahnya kini telah keluar dari Gerbang rumahnya. Namun, Saat tengah melangkah lengannya tertahan oleh seseorang dibelakangnya. Ia menoleh kebelakang dan mendapatkan Reino yang menahannya.

"Lepas!" Ucapnya

Reino melepaskan lengan sang putri dengan perlahan. "Nanti, Kamu harus pulang cepat!" Ucapnya, Gea tak menggubris perkataan ayahnya. Matanya menatap lurus kedepan tanpa menghiraukan pria tua dibelakangnya itu.

" Pengganggu." Desisnya. Kemudian, ia kembali berjalan menjauhi pekarangan rumah itu.

***
Bus yang dinaiki Gea kini berhenti tepat didepan halte. Hanya beberapa siswa yang turun bersamaan bersamaan dengannya.

Banyak murid didepannya berlarian menuju gerbang sekolah. Ada rasa ingin berlari tetapi malas.

Hufft, Dengan terpaksa ia berlari pelan dan ternyata gerbang sekolah hampir tertutup. Dengan langkah besarnya ia dengan tepat berada di dalam halaman sekolah sebelum gerbang tertutup.

Lapangan sudah terpenuhi murid yang hendak melakukan upacara bendera. Gea berlari dengan cepat menyimpan tas dan kembali ke lapangan utama.

Gea kini berada di barisan upacara paling belakang. Namun, Tiba tiba ada yang melingkar ditubuhnya itu. Gadis itu tersentak dan melepaskan lengan itu. Ia berbalik dan melihat Arika yang bernafas terengah-engah.

"Lo kenapa?"

"Gue kesiangan njir!" Ucapnya lalu meluruskan barisan upacaranya.

Upacara bendera kini sedang berlangsung. Lapangan sudah tak ada suara kecuali petugas upacara dan bisikan kecil berupa teguran yang tak memakai atribut sekolahnya.

Matahari sudah tepat berada di atas. Itu berarti, Panas matahari mulai menyoroti semua peserta upacara. Banyak murid yang mengeluh ingin segera selesai, Rasanya tubuh mereka akan matang dengan sempurna.

Geapun pun termasuk, Tubuhnya tak bisa diam. Desis demi desisan gadis itu terdengar oleh Arika sendiri.

"Pingsan aja biar gak panas!"

"Gue siap kok gendong lo sampe uks,  Sampe pelaminan juga gue siap! Gue siap banget!"

Gea menoleh kearah samping, Tepat pada pria yang berbicara kepadanya. Gadis itu heran kepada pria di samping barisnya.

Gadis itu tak bisa melihat wajah pria itu karena tertutup topi. Ia membungkukkan tubuhnya dan melihat wajah pria itu.

Ah, Pria yang dipukuli Kazthan waktu itu. Ya, Ia mengenali pria itu.

Never Gone [On going]Where stories live. Discover now