NG-Sandaran [18]

3 1 0
                                    

Vote yuk hihi...

Hari ini, satu pekan pekan telah berlalu. Yang lalu akan tetap terkenang yang akan datang akan tetap ditunggu.

Setiap manusia yang menunggu waktu yang akan datang, selalu mengharapkan hal baik. Terutama untuk seorang yang hidupnya terancam hancur.

Kini, tak ada yang baik-baik saja untuk seseorang yang posisinya terambil alih. Dan, baik-bai saja untuk orang yang telah menempati posisi itu.

Khusus hari ini, Pagi ini adalah hari pertama putri angkat baru keluarga lorenzia memulai hal baru. Gadis itu memulai sekolah yang sama dengan saudari perempuannya, Gea.

"Gak nyangka banget bunda liat kamu pakai seragam gini, cantik!" puji Claudia kepada Arnetta di depan meja makan bersama dengan Reino. Gadis itu hanya tersipu malu dengan pujian sang ibu dihadapannya ini.

Reinopun tampak sangat ceria dibanding dengan biasanya.

Gea yang mendengar perkataan sang ibu, Merasakan sesuatu yang menyayat. Pasalnya, Ia tak terima pujian apapun itu dilontarkan kepada orang lai selain dirinya.

Egois memang, Namun inilah seorang Gea yang tak ingin kasih sayangnya terbagi.

Gadis diatas tangga itu memandangi meja makan yang sudah lengkap dengan sarapan pagi ini. Manik mata itupun tak lepas dari raut wajah kedua orang tuanya yang bahagia.

Sudahlah, Gea tak peduli untuk hal itu sekarang.

Setelah beberapa menit, Claudia melihat sang putri tengah menatap kearahnya. Claudia menatap Arnetta dan Reino disana yang tengah berbincang. Lalu, Ia menoleh kepada Gea dan tersenyum kepadanya.

Namun, Gea dengan wajah datar nya tak membalas senyuman Claudia.

Gadis itu berjalan menuruni satu persatu tangga. Lalu, Ia berjalan dengan sengaja melewati meja makan tanpa menoleh sedikitpun.

Reino menatap sendu kepada anak gadisnya itu. Namun, Saat kembali menoleh kepada Arnetta ia langsung mengubah raut wajahnya menjadi sangar.

"Berhenti!" titah Reino. Langkah gadis itupun berhenti. Tetapi ia tak membalik tubuhnya sedikitpun.

"Kamu berangkat dengan Arnetta!"

"Mengapa anda berada disini disini?"

"Tak biasanya ikut sarapan dengan tampilan rapih seperti ini," gadis itu berbicara seolah merendahkan pria tua itu dengan cara menatapnya.

"Apa hanya karena anak pungut itu? Eh tidak anak diluar nikahmu itu?" ucap Gea tanpa berpikir panjang. Tanpa disadarinya Claudia terkejut dengan apa yang dikatakan putrinya begitupun dengan Reino dan Arnetta.

Pada saat itu juga, emosi Arnetta sudah bergejolak. Ia mengepalkan lengannya sampai urat nadinya terlihat. Ingin rasanya ia memaki gadis sialan itu. Namun, Ia kembali mengingat apa tujuannya ia berada disini.

"JAGA BICARA KAMU MAHREEN!"

Teriak Reino sehingga suaranya menggema seisi rumah. Pria itu berdiri dan berjalan mendekati gadis itu. Saat sudah berada di belakangnya ia dengan ragu mengangkat lengannya.

Gadis itu kini berbalik dengan kepala yang terangkat.

"Tampar!"

"Bila kau menamparku, berarti ucapanku benar!"

Claudia yang berdiri dimeja samping meja makan hanya bisa diam. Ia tak bisa berada diantara mereka. Ibu dari satu anak itu menatap Arnetta yang menunduk sembari dengan isakan tangisnya. Claudia mendekati gadia itu dan memeluknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 18, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Never Gone [On going]Where stories live. Discover now