NG-Berteman[13]

30 32 16
                                    

"BUSET! BIRAZZKA KAU TAK BOSAN BAPAK HUKUM HAH?! INI YANG KE 889 KALI KAU TERLAMBAT!"

Kali ini pria tua dengan wajah seperti 'Bernard bear' yang memarahi Birazzka. Pria itu lebih menyukai dimarahi seperti ini, Rasanya menyenangkan.

"Kalo saya tidak terlambat, Bapak bakal gabut nggak ada kerjaan dong!" Balas Birazzka tanpa berfikir terlebih dahulu.

"PUSING BAPAK NGURUSIN KAMU!"

"Siapa suruh bapak ngurusin saya?" Balas lagi Birazzka tak kalah dengan ucapan yang telah dilontarkan tadi.

"Terserah kamu! Capek bapak!" Ucapnya pasrah. "Hukuman kamu sekarang bersihkan lapangan olahraga!"

"Hanya itu?"

"Emmh..."

"Baik, Seluruh gedung jasmani dan toilet wanita!" Kini setelah menambah hukumannya, Pria paruh baya bernama Ari langsung meninggalkan muridnya itu di gerbang.

Birazzka dengan wajah semangat berjalan sembari bersiul sepanjang jalan. Ia berjalan dengan bersorak ria. Senyuman lebar tak hilang dari wajahnya itu.

Meski pria ini kurang terkenal seperti pria lainnya. Birazzka mempunyai pesona sendiri. Dari tubuhnya yang tinggi dan rahang tegasnya, Bisa saja mengundang hasrat para gadis.

Tak ada yang namanya otot perut. Pria itu tak mementingkan hal itu. Hal paling penting hanyalah perutnya kenyang. Ia tak ingin sampai perut karetnya ini tiba-tiba menjadi keras hanya karena otot-otot itu.

"BIRAZZKA!" Teriak pria yang tengah menghormat di depan bendera seraya melambaikan tangannya. Birazka yang tengah berjalan di tengah tengah koridor itu seketika berhenti dan mencari asal suara itu.

Ah Gotcha, Ia menemukan pria yang sama tinggi dengannya. Ia menghampiri pria itu ke tengah lapangan.

"Lo nggak bosen dikasih sarapan matahari mulu?"

"Nggak ada perkembangan banget hidup lo!" Ujarnya sembari menepuk pea bahu temannya itu.

"Sekali-kali pindah profesi kayak gue dong!" Sombongnya dengan wajah angkuh itu

"Apaan tuh?" Tanya Nazar dengan nada menggoda.

"Bersihin gedung jasmani dan TOILET CEWEK BRO!" Ujarnya dengan bangga dengan menekankan kata yang ia ucapkan diakhir.

Ketika mendengar apa yang telah diucapkan Birazzka, Nazar seketika melotot saat mendengar itu. Gedung jasmani itu tidak bisa dikatakan kecil. Untuk lapang basket di dalam sana saja sudah terlampau luas. Belum lagi lapangan lainnya yang lebih luas dari itu.

Ini adalah ciri-ciri manusia butuh dokter jiwa, Pikirnya.

Nazar menggeleng geleng atas kelakuan pria di hadapannya ini. Saat itu matanya tak sengaja terhenti dikoridor, Nazar melihat gadis berbalut kaos olahraga yang sering Birazzka ceritakan kepadanya.

Ia langsung menepuk bahu temannya dengan keras yang membuat Birazzka terkejut dan mengumpat keras kepada Nazar.

"Bangke! Kaget gue!" Ucapnya sembari memegang dadanya. Matanya tertuju pada arah pandang Nazar. Ia melihat gadis yang akhir-akhir ini ia hindari dan bahkan ia rindukan.

"Bukannya itu Gea?" tanya Nazar sembari mengikuti arah Gea berjalan. "Astaga ka, Gue nggak nyangka standar lo jadi tinggi gini!"

Birazzka tak menggubris apa yang Nazar ucapkan. Ia masih dalam proses melepaskan kerinduannya terhadap gadis itu. Ia terus menerus memandang Gea yang mulai menghilang dari pandangannya.

"BIRAZZKA MENGAPA KAU MALAH BERDIAM DISANA?!" Teriakan mematikan itu membuat Birazzka bergegas pergi dan berlari menuju aula olahraga.

Saat ia memasuki gedung jasmani lalu menelaah seluruh lapangan, Matanya tertuju pada gadis yang tengah terdiam sendiri di tribun. Ingun rasanya ia menemaninya disana.

Never Gone [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang