NG-Who's?[16]

18 20 8
                                    

Tringg...triing

Bel pulang berdering sangat keras. Semua murid berhamburan meninggalkan sekolah. Derungan motor yang sangat keras membuat suasana sekolah benar-benar bising.

Hampir semua murid sudah meninggalkan area sekolah. Area sekolah nampak sepi sekarang. Beda halnya dengan Gea dan kedua sahabatnya yang tengah memasukkam beberapan buku kedalam ransel.

"Lo ke caffe sendiri, Je?"

Gea yang menenteng ranselnya menoleh saat mendengar pertanyaan Navi.
Gadis itu mengangguk sekilas setelah terdiam sebentar.

"Mau nebeng nggak?"

"Yang ada bensin lo abis ditengah jalan!"

Bukan Gea, Ini Arika yang membalas ajakan Navi. Pada halnya sekolah menuju caffe lumayan memakan waktu banyak dengan jarak yang jauh itu. Arika yakin pantat mereka akan berakar ketika sampai ditempat tujuannya itu.

"Dih, Rese lo ya! Bilang aja lo mau nebeng!"

"Pake ngelak ajakan gue!"

Arika rasanya tak terima dengan perkataan Navi. "Heh! Lo mau buat Gea akaran?  Sampe tumbuh tuh pohon beringin, kelapa, mangga, jeruk! Lo mau?

Navi terdiam. Tak ada tanda bergeraknya mulut pria itu untuk berbicara. Ia menyadari jauhnya jarak sekolah sampe caffe tempat Gea bekerja.

Memang benar dengan ucapan Arika barusan. Yang ada, tumbuh akar apabila ia menaiki motornya.

Gea menyadari raut wajah Navi yang tengah termenung. Hanya tawa kecil yang tak terdengar yang bisa Gea lakukan. Gadis itu menepuk bahu pria lesung pipit itu lalu tersenyum tipis.

"Je, sejauh apapun gue tetep anter lo! Gue takut terjadi sesuatu, Je!"

"Apalagi setelah kemarin si Kazthan tiba-tiba dateng gitu aja!"

"Pokoknya, lo bareng gue!"

"Dia pulang sama gue!"

Ucap seorang pria di ambang pintu kelas. Suaranya yang sangat tegas itu membuat perhatian khusus ketiga orang itu . Mereka menoleh kearah pintu dengan mata penasaran.

Betapa terkejutnya Arika yang melihat Revan yang berada di kelasnya itu. Mengapa pria itu mengajak Gea dibandingnya? Arika menoleh kearah Gea yang tengah menatap aneh melihat Revan saat mengajaknya pulang.

Gea berjalan dan mendekati pria itu dengan wajah datarnya. "Lo disuruh si Brengsek?" Tanya Gea sembari mendekati wajahnya ke telinga Revan "Mau banget dijadiin babu!"

Setelah mengucapkan hal yang membuat Revan terdiam. Ia lalu meninggalkan kelasnya dan ketiga orang itu. Arika melihat Gea dibalik jendela dengan rasa khawatir dan rasa sakit.

Entah ia cemburu atau apapun itu, wajah Arika sangat terlihat sangat rapuh dengan mata yang membendung airmata.

Hampir saja airmata Arika jatuh, Namun Navi langsung menyeka airmata sahabatnya itu. Ia tersenyum sambil memegang pipi Arika dengan tulus.

Ting

Bel pintu berdentng saat ada yang memasuki caffe. Tampak di dalam caffe menengok kearah suara. Betapa bahagia seorang pria yang berada di ujung caffe saat melihat gadis itu.

Gadis yang berada di meja kasirpun sangat bahagia saat kedatangan gadis yang memakai seragam SMA dengan sweater rajut di tubuhnya. Bella melambaikan lengannya dengan senyuman hangatnya.

"Kamu sudah membaik?"

"Kuharap kau baik!" Ucap Bella sambil memutar mutar tubuh gadis itu.

"Aku baik, Bella!" Ucapnya. "Aku titip ini ya, sampai jumpa lain kali Bella!" Ucapnya sembari sebuah amplop ke lengan Bella.

Never Gone [On going]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz