•☀️03☀️•

2.5K 461 916
                                    

Hanya tersisa Haechan dan ayahnya berdua di meja makan ini.

"Haechan-ah, kau melakukan ini karena ayah bilang bahwa ayah baru akan memberikan perusahaan padamu jika kau sudah menikah kan?"

"Tidak. Aku memang berencana untuk menikahinya meskipun ayah tidak berkata demikian."

"Tapi kenapa? Ini terlalu tiba-tiba. Meskipun sepertinya dia memang benar-benar menyukaimu tapi ayah yakin kau tidak begitu. Jangan melakukan hal yang akan kau sesali di kemudian hari."

"Lalu, apakah ayah pernah menyesalinya?" Tanya Haechan dengan nada ketus.

Ayah Haechan terdiam dan pergi dari sana. Dia sudah tidak ingin berbicara pada Haechan, itu terasa percuma baginya. Bukannya membuat situasi membaik, itu hanya akan membuat hubungan mereka semakin merenggang.

"Aku... mengacaukannya ya?"

Haechan menatapku. Aku sudah bersiap akan hal buruk yang mungkin terjadi selanjutnya.

"Tidak, kau melakukannya dengan baik. Ayo pergi." Haechan mulai berjalan keluar dan aku mengikutinya.

Kami pergi ke rumah Haechan. Iya, rumah Haechan (lagi). Tapi bukan rumah orang tuanya, ini adalah rumah tempat Haechan tinggal sendirian. Rumah ini terlihat jauh lebih minimalis dibandingkan dengan rumah kedua orang tuanya tetapi tetap luas, terlalu luas untuk ditinggali sendiri.

"Baiklah, kurasa lebih baik kita bahas sekarang saja karena pertemuan keluargaku berlangsung lebih baik daripada dugaan." Haechan duduk di sofa putih di ruang tengah rumahnya. Dia menyingsingkan lengan kemeja putihnya dan mulai mengambil map berisi kertas-kertas.

Aku duduk di sofa yang terpisah, tetapi masih di dekatnya.

"Aku ingin pernikahan kita dilakukan sesegera mungkin. Bagaimana pendapatmu?"

"Hmmm... aku tidak masalah dengan waktunya..."

"Tapi?"

"Tapi, apa boleh pernikahan kita dirahasiakan?"

"Dirahasiakan?"

"Iya. Aku juga punya orang tua dan keluarga besar. Menikah terlalu tiba-tiba tidak akan masuk akal bagi mereka, mereka tidak akan setuju. Jadi menurutku akan lebih baik jika ini dirahasiakan."

"Hmm... jadi maksudmu, kita tidak perlu menggelar resepsi pernikahan?"

"Benar. Apakah memungkinkan?"

"Hmm... bagaimana jika melaksanakan acara kecil saja? Keluargaku perlu melihat resepsi pernikahanku meskipun hanya sederhana."

"Hmmm... baiklah, tapi aku tidak ingin ada orang lain selain keluargamu tahu tentang ini. Apa kau bisa menjaminnya?"

"Baiklah. Aku akan menetapkan tanggal dan menginformasikannya padamu."

Aku mengangguk.

"Haechan-ssi, kalau boleh aku tahu... sebenarnya apa alasanmu?"

Haechan menatapku dengan ekspresi 'tidak usah ingin tahu'.

"Ani... aku perlu tahu bagaimana sebaiknya kita menjalani pernikahan ini... apakah kau memerlukan pernikahan ini seumur hidupmu atau dalam batas waktu tertentu. Batasan-batasan seperti apa yang harus kita perhatikan selama melakukan ini..."

"Pernikahan ini bisa berakhir sewaktu-waktu saat aku merasa sudah tidak membutuhkannya. Tidak perlu ikut campur dengan urusan pribadi satu sama lain. Jangan mengabaikan pesan atau telepon dariku." Haechan mengatakan semuanya dengan begitu cepat.

"Apakah kita perlu membuat kontrak tentang ini?"

"Untuk saat ini kurasa tidak perlu, itu justru bisa menjadi sesuatu yang bisa menghancurkan semuanya."

Orbit✔ • Lee HaechanWhere stories live. Discover now