Bab 31

628 116 38
                                    

Pada suatu hari saat musim panas hampir tiba, Nona Chun Jiao tiba-tiba menyuruh seorang Yamen Runner untuk mengirim surat, meminta Nan Ge Er untuk datang. Karena Mo Shu sering mengunjungi distrik lampu merah, Nan Ge Er pun menjadi cukup familier dengan orang-orang di sana. Setelah membereskan barang-barang di kantor pemerintah, ia pergi memenuhi undangan Chun Jiao.

Nona Chun Jiao tidak ada tamu hari ini. Ia duduk di samping meja sambil menyulam sesuatu. Melihat kedatangan Nan Ge Er, ia melambaikan tangan sambil tersenyum. "Nan Ge Er, lihat bebek mandarin yang aku sulam."

*Bebek mandarin dipercaya sebagai pasangan seumur hidup, jadi dianggap sebagai simbol kasih sayang dan kesetiaan suami-istri.

Begitu Nan Ge Er menoleh untuk melihat, ia terdiam seketika.

"Apa ini terlihat bagus?" Chun Jiao menatapnya, matanya dipenuhi dengan harapan.

"Uhh- ya, terlihat bagus," jawab Nan Ge Er dengan ironis. Maafkan dia, tapi dia sama sekali tidak menemukan bebek mandarin di sulaman itu; satu-satunya hal yang dia lihat adalah segumpal benang berwarna cerah ....

"Baiklah, aku akan menikah," kata Chun Jiao dengan agak malu-malu.

"Hah?!" Nan Ge Er membelalakkan mata.

"Kau kenal dia juga; Ah Fang ge dari toko kain di jalan utara." Chun Jiao terkekeh. "Tadi, dia meminta Bibi Zhu datang ke sini untuk melamarku."

Bibi Zhu, ibunya Zhu Xi, adalah mak comblang paling terkenal di wilayah itu. Pasangan yang sudah ia jodohkan kabarnya berjumlah ratusan, jika tidak, ribuan. Meski demikian, itu bukanlah poin utamanya. Namun, fokusnya adalah, Chun Jiao mengatakan 'lamaran'!

Jika aku tidak salah, Chun Jiao bekerja di distrik lampu merah. Istilah yang digunakan saat orang-orang di distrik lampu merah ingin pergi seharusnya bukan 'lamaran'. Apa ya istilahnya .... "Erm, Chun Jiao jie, apa Ah Fang ge telah membeli kebebasanmu?" Nan Ge Er memindai seluruh ingatannya sebelum bertanya.

Chun Jiao membeku. Hah? Nan Ge Er juga membeku. Oh tidak, jangan bilang dia tidak melakukannya?! "Yah ... umm ... maksudku, ahh ...." Apa yang terjadi?! Nan Ge Er tidak tahu harus berkata apa.

"Pfft ...." Chun Jiao membenamkan kepalanya tiba-tiba, sambil tertawa.

"Hah?" Mata Nan Ge Er melotot. Jangan bilang dia jadi gila karena pertanyaanku itu?

"Nan Ge Er bodoh ahahahaha!" Chun Jiao mengangkat kepala dan tertawa, lalu menepuk pundaknya dengan keras.

"Hah?" Nan Ge Er menduga ia mungkin melakukan kesalahan lagi. Matanya yang melebar pun semakin membulat.

"Ya ampun, kenapa ada anak sepertimu?!" Chun Jiao tertawa terbahak-bahak. Air mata hampir keluar dari tawanya.

Meskipun merasakan firasat buruk, tapi ia masih mengumpulkan keberanian untuk bertanya, "Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"

Chun Jiao tertawa terbahak-bahak —sambil tetap menepuk pundak Nan Ge Er dengan keras. "Apa menurutmu kami para wanita di rumah bordil menjual skill, sekaligus tubuh kami?"

"Ah?" Hei, bukankah itu memang pekerjaan di distrik lampu merah? Baiklah, akhirnya aku mengerti kenapa, meskipun semua rumah bordil di Guang Tian membuka pintunya lebar-lebar saat menjalankan bisnis mereka, dan ada banyak kontak tubuh, tapi tidak ada suara atau pun adegan 18+ yang terlihat. Itu karena mereka sama sekali tidak melakukan hal seperti itu!

Tawa gila Chun Jiao akhirnya berhenti. Ia berseri-seri sambil mencubit pipi Nan Ge Er. "Meskipun kami begitu, kau tetap tidak merendahkan kami, kan?"

[end] Spring Trees and Sunset CloudsWhere stories live. Discover now