Bab 53

735 107 7
                                    

Aku tidak pernah ingin berpikir terlalu banyak; aku hanya ingin menjalani hidup hari demi hari. Namun, manusia tidak bisa mengontrol cara pikirnya.


————


Setelah bersitatap dengan Mo Shu cukup lama, Nan Ge Er tiba-tiba tersenyum tanpa suara. Ia kemudian duduk di pangkuan Mo Shu, lalu menarik kerah baju Mo Shu.

Mo Shu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya mengulurkan tangan, melindungi Nan Ge Er agar tidak jatuh secara tidak sengaja.

Apa kau tahu apa yang ingin aku lakukan sekarang?

Nan Ge Er memandang Mo Shu, mencoba menemukan petunjuk dari ekspresinya.

Namun, Mo Shu hanya balik menatapnya, tidak ada perbedaan dalam ekspresinya.

"Mo Shu," panggilnya dengan lembut.

Alih-alih menjawab, Mo Shu hanya menatapnya.

"Kau sangat licik." Bahkan aku ... bahkan aku bersedia untuk menyingkirkan sedikit pertentangan batin dalam diriku karenamu.

Tidak ada yang tahu apakah Mo Shu mengerti arti di balik kalimat Nan Ge Er; ia menyunggingkan bibir, membentuk senyuman tipis, lalu mengulurkan tangan untuk membelai rambut Nan Ge Er.

"Mn."

"Aku tidak menyukaimu," gumam Nan Ge Er sambil membenamkan kepala. "Aku tidak suka tempat ini." Karena membuatku hidup kembali, membuatku terluka dan sengsara.

"Mn." Mo Shu tertawa pelan. Dengan kepala menunduk, ia mencium kening Nan Ge Er.

Nan Ge Er melepaskan kekangan Mo Shu ketika ia mendongak, menegakkan tubuhnya, memiringkan kepalanya, dan mendaratkan ciuman lembut ke bibir Mo Shu.

"Lakukan apa pun yang kau suka."

Angin di pertengahan musim panas berembus di luar jendela, mengacak-acak dedaunan pohon di samping jendela. Jangkrik di pucuk pohon diam sejenak, lalu bernyanyi riang bersama angin.

Pedagang asongan berteriak di jalan sambil memikul barang dagangan. Suara samar anak-anak yang sedang bermain sambil berlarian bisa terdengar, begitu juga bisikan samar dari orang yang lewat.

Namun, keramaian itu tenang.

Persis seperti detak jantung yang menghantam dadanya; kacau tapi damai.

Mo Shu awalnya membeku, lalu mengulurkan tangan dan membelai kepala Nan Ge Er. "Tidak perlu memaksakan diri."

"Tidak, aku tidak memaksakan diri." Nan Ge Er meringkuk ke dalam pelukan Mo Shu, menggelengkan kepala. "Aku hanya merasa perlu melakukannya." Karena mereka saling mencintai, jelas wajar bagi mereka untuk melangkah maju.

Langkah ini merupakan hasil yang terjadi secara alami, dalam kondisi yang tepat.

Ia mengangkat kepala. "Mo Shu, kau tidak mau?"

Mo Shu tersenyum sambil mencolek pipi Nan Ge Er. "Kau ...."

"Hm?"

"Wajah—mu sangat merah."

Wajah Nan Ge Er merah padam saat mendengarnya. Ia melolong pelan dengan nada kesal, sambil berpura-pura seolah akan turun dari tempat tidur. "Kau mau melakukannya atau tidak? Jika tidak, aku pergi."

Mo Shu bangs*t!

Mo Shu langsung meraih pergelangan tangan Nan Ge Er, mencengkeramnya. Ia tersenyum dan mencium jari Nan Ge Er dengan lembut. "Karena Xiao Nan memberiku undangan seperti itu, bagaimana mungkin aku bisa bermuka tebal dan menolaknya?"

[end] Spring Trees and Sunset CloudsWhere stories live. Discover now