Bab 30

719 124 3
                                    

Cuaca hari ini bagus. Nan Ge Er sedang membalik-balik buku yang diambilnya secara acak sambil duduk di depan meja.

Sinar matahari musim semi menerobos masuk melalui jendela, jatuh ke atas meja. Pohon-pohon plum di depan jendela tumbuh semakin subur. Kini, daun-daunnya sudah mulai lebat, menghalangi sebagian paparan sinar matahari, membuat sinar itu terlihat menari-nari saat angin bertiup.

Nan Ge Er merasa senang —bukan hanya karena bisa mengenakan pakaian hangat, tapi ia juga baru saja menyelesaikan sarapan lezat yang dimasak oleh Mo Shu dan berjemur di bawah sinar matahari yang hangat. Saat ini akhir musim semi, dan Mo Shu berencana mengunjungi sebuah desa. Karena jalannya tidak rata, ia khawatir Nan Ge Er tidak akan mampu bertahan dalam perjalanan yang sulit, jadi ia tidak membawanya ikut serta.

Mo Shu telah menyelesaikan sebagian besar pekerjaan di kantor pemerintahan pada pagi hari. Nan Ge Er hanya harus berurusan dengan tugas-tugas kecil yang tersisa, tidak ada yang bisa dilakukan setelahnya. Jadi, senang memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri, ia membuka-buka buku.

Ia bisa mengakses ruang belajar Mo Shu dengan bebas, tapi sebagian besar buku di dalamnya berhubungan dengan akademisi —sesuatu yang tidak akan pernah ingin ia baca seumur hidupnya. Jadi, ia meminjam buku cerita dari para tetangga untuk menghabiskan waktunya.

Oh ya, karena ia membacakan cerita setiap hari, seiring berlalunya waktu, Nan Ge Er telah menggunakan hampir semua serial TV dan novel yang ia ingat. Ia sudah mulai membuat ceritanya sendiri sejak musim gugur lalu. Tidak diketahui apakah karena cerita yang ia ciptakan memiliki alur yang bagus atau bahasa yang ia gunakan mudah dipahami, tapi semua penduduk setempat memuji ceritanya dengan suara bulat ....

Ditambah, ia juga menggabungkan ceritanya dengan berbagai macam adegan melodramatis; itulah sebabnya reputasi Nan Ge Er dalam mendongeng terkenal di seluruh wilayah. Jadi, Nan Ge Er kadang-kadang mencari beberapa buku cerita untuk dibaca, menggunakannya sebagai sarana untuk mengisi kembali idenya.

Setelah beberapa saat membaca, Nan Ge Er —yang merasa cerita di buku itu tidak menarik, meletakkan bukunya. Ia duduk di belakang meja, menatap pohon plum di luar. Lima tahun telah berlalu.

Hampir setiap hari sangat sibuk, tetapi memikirkannya, ia menyadari rutinitas hariannya hanyalah pengulangan yang membosankan dan teratur, selalu sama setiap harinya. Dan waktu berlalu dengan cepat. Hanya setelah merenungkannya, ia menyadari bahwa kini sudah berjalan selama lima tahun.

Ia menyadari bahwa ia perlahan berhenti merindukan kehidupan sebelumnya yang ia miliki di dunia lain. Apa yang menyebabkan perubahan ini? Ia tidak bisa memikirkan alasannya.

Angin bertiup masuk melalui jendela, menyebabkan rambutnya berkibar ke wajahnya. Meski sedikit gatal, tapi ia tetap merasa puas. Di tengah angin itu tercium aroma khas musim semi. Angin itu membawa keharuman bunga, bau lumpur, dan udara basah.

Duduk di sana selama beberapa waktu, ia tanpa sadar mulai bersenandung. Itu bukanlah sebuah lagu; ia hanya menyenandungkannya begitu saja. Melodinya kacau, tanpa ritme sama sekali. Meski demikian, ia puas.

Namun, setelah bersenandung beberapa lama, ia merasakan tenggorokannya agak nyeri, membuat lagunya menjadi berombak. Ia berhenti bersenandung dan menyentuh tenggorokannya dengan agak ragu. Tiba-tiba, ia ingat. Sudah lama sekali ia tidak pernah lagi duduk diam dan bersenandung dengan santai. Ia selalu waspada untuk melindungi dan mempertahankan sesuatu; tetapi pada akhirnya, ia bahkan tidak tahu sejak kapan ia tidak lagi menjadi diri sendiri ... bahkan melupakan cara menyenangkan diri.

Dulu, ketika ia masih menjadi mahasiswa yang bahagia, dengan teman dan keluarga yang penuh kasih di sisinya, ia selalu menyanyi dengan spontan seperti itu. Aku mungkin, sebenarnya, masih menjadi diriku sendiri. Ia mengatakannya dalam hati.

[end] Spring Trees and Sunset CloudsWhere stories live. Discover now