Bab 34

647 121 10
                                    

Terkadang, tidak ada niat untuk melakukan sesuatu dengan sengaja; hari-hari berlalu begitu saja tanpa disadari. Kemudian, pada suatu hari, tiba-tiba muncul kesadaran; segala sesuatu yang dialami, baik disengaja maupun tidak, semuanya terjadi hanya untuk saat ini.

————

Suatu pagi di musim dingin yang sangat dingin, Nan Ge Er terbangun karena suara gembira Mo Shu di luar. Dengan sedikit lelah, ia pun membuka matanya.

"Xiao Nan, bunga plum sudah mekar."

Hah? Nan Ge Er masih bingung. Ia refleks menoleh, memandang ke luar jendela ke arah pohon plum ditanam. Matanya pun langsung melebar dalam sekejap.

Dalam satu malam, semua bunga plum —seolah direncanakan, mekar secara bersamaan. Dari pandangannya, itu terlihat sepertinya lapisan salju putih bersih yang telah jatuh. Lapisan kelopak bunga yang tebal dan utuh menyelimuti semua cabang. Dengan sedikit embusan angin, mereka terbang satu demi satu seperti salju. Angin menerbangkan kelopak bunga yang berwarna putih salju, tampak seperti adegan yang sangat romantis.

"Mari kita lihat." Mo Shu sangat bersemangat.

"Baiklah." Secara mengejutkan, Nan Ge Er cukup kooperatif kali ini. Lagi pula, beberapa tahun telah dilewati demi terciptanya pemandangan ini; ditambah lagi, bunga yang bermekaran itu terkesan tiba-tiba. Jadi, bahkan Nan Ge Er —yang selalu tetap tenang, akan tergerak dan gembira tanpa sadar.

Angin hari ini kebetulan kecil. Nan Ge Er berselimutkan mantel bulu putih salju yang panjang. Ia berdiri di bawah pohon plum dan memandang ke atas dengan terpesona. Mo Shu mengambil bangku sambil membawa sebotol anggur kecil dan sepiring camilan. Ia memanggil Nan Ge Er, "Kemarilah, aku bisa menghalangi angin untukmu. Kau bisa terkena flu jika berdiri di bawah pohon."

Nan Ge Er berpikir, pada kesempatan langka semacam ini, jika aku sakit, itu akan mengubah moment yang bagus menjadi buruk. Nan Ge Er pun duduk dengan patuh di samping Mo Shu yang menghalangi angin.

Mo Shu menuangkan secangkir anggur. Menyadari Nan Ge Er menatapnya, ia pun menoleh dan memandangnya. "Kau mau?"

Nan Ge Er menggelengkan kepala. Konsekuensi parah dari minum anggur waktu itu membuatnya takut menyentuh barang-barang yang merangsang lagi.

"Makanlah kue kacang." Mo Shu mendorong camilan di atas meja.

Nan Ge Er mengangguk, lalu mengeluarkan sepotong. Ia merenung sejenak; tidak seperti Mo Shu, ia tidak menyukai camilan manis. Jadi, ia membaginya menjadi dua bagian dan meletakkannya lagi ke piring. Setelah berpikir lagi, ia membagi lagi kue itu menjadi masing-masing dua bagian, lalu meletakkannya lagi ke piring.

Mo Shu meneguk anggur. Melihat tindakan Nan Ge Er, ia tidak bisa menahan senyum.

Nan Ge Er terlalu fokus untuk membelah kuenya —karena ia tidak ingin banyak bubuk yang jatuh. Oleh karena itu, ia tidak melihat senyum Mo Shu. Akhirnya, ia memasukkan sepotong kue —seperdelapan kue kacang, ke dalam mulutnya.

Angin dihalangi oleh Mo Shu, dan pakaian yang dikenakan Nan Ge Er sangat hangat. Jadi, meski telah menghabiskan waktu cukup lama untuk membelah kue di tengah angin, tangan dan kakinya tetap tidak dingin.

"Apa kau ingin pemanas?" tanya Mo Shu lagi.

Nan Ge Er berpikir sejenak. Dengan kue kacang di mulutnya, ia menggelengkan kepala. Ia kemudian menjawab setelah menelan camilannya. "Api tidak boleh berada di dekat pohon plum. Selain itu, bunga mekar harus dilihat dalam suhu yang agak lebih dingin, agar bisa mencium aroma bunganya."

Berada di hutan pohon plum kecil, dengan udara yang dipenuhi aroma sejuk dari bunga plum yang indah, Nan Ge Er merasa dirinya menjadi anggun. Ia berbeda dari Mo Shu. Terlepas dari berbagai etiket aristokrat yang ia pelajari sejak muda, kenangan akan kehidupan sebelumnya masih melekat dalam dirinya. Ia sama sekali bukan orang yang elegan. Jadi, setelah tinggal di Guang Tian selama beberapa tahun, ​ia merasa untuk berubah dari seorang pangeran menjadi orang biasa dengan cepat itu sangat mudah.

[end] Spring Trees and Sunset CloudsWhere stories live. Discover now