Part 45.2

500 20 22
                                    

Hay hay... we back yuhu.... adakah yang menunggu diriku? Kurasa tidak /nangis bombay/

Berhubung kemaren gue seneng banget jadilah gue kasih ini double update.

Seneng kan lo semua. Iya lo pada seneng gue apalagi yekan wkwk

Dahlah

Selamat membaca...

Voment jangan lupa!

------------------

Gadis itu terdiam dengan pandangan kosong menatap luasnya danau didepannya. Hari kian petang, terhitung hampir tiga jam ia duduk termenung diatas jembatan yang ada ditepi danau. Menarik nafasnya sesaat, gadis itu masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi hari ini.

Melirik ponselnya sebentar, gadis itu lantas mendegus. "Lo kira gue bakal diem aja? Haha lo salah besar!"

Drrtt... drrtt..

Gadis itu membiarkan ponselnya berbunyi tanpa niatas untuk mengangkatnya, bahkan melirik pun tidak. "Ata, Lauren. Kalian belum tahu siapa gue, silahkan kalian bahagia sekarang tapi jangan harap gue berbaik hati setelahnya"

Drrtt... drrtt...

Fania, gadis itu berdecak kesal ketika ponselnya berdering tanpa henti. "hmm.."

"LO DIMANA SEKARANG? JANGAN BUNUH DIRI WOI"

"apaan sih gaje amat" jawab Fania malas

"SHARELOCK GUE KESANA"

Tutt...

Fania melempar asal ponselnya, selamat ponselnya tidak jatuh kedanau. Tadi setelah disusir oleh keluarganya, Fania memilih pergi ke Bandung rumah lamanya, lebih tepatnya kedanau belakang rumah yang sekarang fania singgahi. Disini sangat damai, sangat cocok untuk menenangkan pikiranannya yang kacau.

"oke kalian yang buang gue, jangan salahkan gue kalau setelah ini hidup kalian berantakan"

Entahlah, rasa sakit dalam hatinya sudah mengalahkan rasa empati yang selama ini Fania tahan. Kini dirinya sudah kembali seperti dua tahun lalu, fania yang tidak kenal akan belas kasihan dan mengangap semua musuh sama rata.

"FANIAAA"

Tanpa menolehpun Fania sudah bisa tahu itu suara siapa. Tubuh fania sedikit tersentak saat seseorang memeluknya dari belakang. Fania hanya diam, membiarkan seseorang itu memeluknya dengan erat.

"Lo gak papa? Lo gak nekat mau nyemplung kan?"

Fania merolingkan bola matanya, "Yakali gue mau bunuh diri, gak elit banget" ucapnya

Seseorang itu lantas duduk disamping Fania, "Syukur deh, lo gak tahu seberapa paniknya gue pas denger lo diusir keluarga lo sendiri. Asli Rino goblok banget mau maunya percaya sama ucapan Maudhi"

Fania acuh, tak perduli akan semua yang telah terjadi. "Biarin ajalah, percuma juga gue ngelak, toh bener kalau gue pembunuh" santainya.

"Ya lo gak bisa pasrah gitu aja dong fan dituduh kaya gitu. Kan jadi gue yang emosi sekarang" kesalnya "Lo keren banget Fan, bisa setegar ini ngehadepin semua masalah yang datang tanpa henti"

"Halah sok yes bahasa lo nyet" kekeh fania

Sekarang tidak ada lagi air mata yang akan fania keluarkan, cukup tadi ia menangis memohon dihadapan keluarganya, sekarang tidak akan. "Ren lo tau dari mana gue disini? Kan gue gak kasih tahu"

Rendy tersenyum sampai matanya menyipit, "Kan kita seati jadi bisa konek dong" ucapnya dengan manik turunkan alisnya

Fania tertawa melihat wajah Rendy yang euh seperti om-om pedo. "Asli komuk lo bikin gue jijik"

[1] MBGF [End]Where stories live. Discover now