Chapter 11: Siapa?

44 10 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kenyataan soal Bomin yang sudah pergi meninggalkanku masih berkali-kali jadi tamparan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kenyataan soal Bomin yang sudah pergi meninggalkanku masih berkali-kali jadi tamparan. Semuanya terlalu tidak nyata bagiku. Bagaimana bisa Bomin pergi begitu saja? Terlebih lagi, Bomin yang aku kenal seharusnya tidak mungkin tega menyakiti atau membunuh orang, terutama Ara.

Aku masih di rumah sakit dengan kondisi mental terguncang, tidak jauh beda dari semalam. Jeno dan Ellen bergantian menjagaku, meski sejujurnya aku tidak meminta mereka. Entah, rasanya aku hanya ingin sendiri.

Pintu kamar rawatku dibuka dari luar, kemudian detektif Moon masuk bersama satu orang petugas lain yang aku tidak kenal. Ia lalu duduk di kursi samping ranjang sambil membuka catatan kecil.

"Nona Ryucelle, kami butuh pernyataanmu lebih lanjut. Semoga kau dapat bekerja sama dalam kasus ini," katanya.

Aku terdiam selama beberapa saat sebelum memberanikan diri bertanya, "Apa Bomin sudah dimakamkan?"

Anggukan muncul sebagai respons dari detektif Moon. "Sudah, tadi pagi." Ia sempat menghela napas singkat. "Kondisi keluarganya dan keluarga Ara sangat terpukul, sama sepertimu semalam."

Mataku terpejam selama beberapa sekon setelah mendengar penjelasan detektif Moon. Terpukul? Mungkin memang bukan hanya aku yang merasa sakit atas kepergian Bomin. Bomin itu seperti selebriti di sekolah kami, aku rasa anak lain juga akan sedih, meski tidak sedalam aku atau keluarganya.

𝙐𝙣𝙠𝙣𝙤𝙬𝙣。Where stories live. Discover now