Epilog : Unknown.

30 5 0
                                    

"Pelaku penculikan dan pembunuhan para siswa SMA yang sempat menghebohkan, kini sudah diketahui identitasnya. Pelaku berinisial R menculik mantan kekasihnya---"

Jeno menghela napas berat saat melihat berita itu heboh di mana-mana. Memorinya tentang rentetan tragedi itu masih menjadi sesuatu yang traumatis bagi Jeno. Mereka semua temannya, cuma anak SMA yang bahkan belum mencicipi jadi orang dewasa, tapi harus mengalami hal mengerikan seperti itu?

Lelaki itu mengalihkan pandangan dari televisi besar di gedung pada jalanan menuju sekolahnya, memilih untuk menyumpal telinga dengan headset ketika bis yang ia tumpangi kembali berjalan.

Saat kendaraan beroda empat itu berhenti di halte dekat sekolahnya, Jeno buru-buru turun bersama rombongan siswa lain yang memakai seragam sama sepertinya.

Jujur saja, lelaki marga Lee itu sudah tidak berselera lagi masuk sekolah setelah ditinggal satu per satu orang kesayangannya di sekolah itu. Lagi pula, Jeno biasa menghabiskan waktunya bersama Ellen dan Ryucelle. Rasanya aneh kalau ia tiba-tiba sendirian. Pasti memori tentang mereka akan terus terngiang saat Jeno sampai di sekolah nanti.

Ketika ia melewati koridor menuju kelasnya, dwinetra milik si Lee itu menangkap presensi beberapa anak kelas lain yang beramai-ramai membawa bunga. Jeno menyempatkan diri untuk curi pandang dari balik pintu kelas. Rupanya, anak-anak itu meletakkan bunga di atas meja milik Ellen.

Tampaknya, selain anak-anak tadi, banyak anak lain yang juga melakukan hal sama. Sebab, Jeno tidak hanya mendapati satu dua bunga di sana. Bahkan ada foto-foto Ellen yang diletakkan di sana.

Jeno menghela napas. Ia benaran tidak sanggup untuk masuk ke dalam kelas itu. Punggungnya bersandar di balik dinding kelas, sementara air matanya sekuat mungkin ditahan agar tidak jatuh.

"Aku tidak menyangka Nam Ryucelle segila itu. Bisa-bisanya dia membunuh mantan pacarnya sendiri, Jung Ara, dan juga sahabatnya."

Jeno menoleh saat rungunya mendengar bisik-bisik anak di koridor membicarakan tentang Ryucelle. Tangannya mengepal kuat seperti sedang menahan emosi. Benar, Jeno juga tidak terima kalau Ryucelle dibicarakan begitu, kendati Ryucelle memang sudah keterlaluan.

Malam itu, Jeno masih ingat betul saat Ryucelle sekarat di depan kedua matanya sendiri.

Memilih menyingkir dari sana agar tidak mendengar bisik-bisik tentang Ryucelle lagi, si pemuda Lee malah tidak sengaja melewati kelas Ryucelle. Lagi-lagi, ia dibuat marah ketika netranya menangkap situasi berbanding terbalik pada meja milik Ryucelle.

Di atas mejanya, diletakkan berbagai sampah dan coret-coret berisi umpatan, kata-kata marah, serta kutukan. Anak-anak lain di kelas itu bahkan dengan leluasa berkata kasar ke arah meja Ryucelle, seolah-olah sedang berbicara langsung dengan si gadis Nam itu.

"Heol, aku tidak percaya kalau dia bunuh diri semudah itu setelah membunuh banyak orang. Harusnya dia dihukum 'kan," salah satu siswa di kelas itu bicara.

"Apa kataku, dia itu psikopat. Astaga, aku jadi merinding kalau mengingat dia pernah sekelas dengan kita," yang lain menyahut.

"Eh, ketua kelas, bukannya kalian cukup dekat?"

Serim menoleh ke arah siswa yang mengajaknya bicara. Gadis itu menunjukkan ekspresi sedih. "Aku juga tidak tahu kalau dia akan melakukan hal seperti itu."

Siswa yang tadi bertanya padanya lalu menjawab, "Ya ampun, kau sudah benar-benar dibodohi seperti anak lain."

Serim hanya diam tanpa kembali merespon. Gadis itu mengalihkan atensi ke arah pintu, sebabkan maniknya bersirobok dengan milik Jeno yang sedari tadi masih diam di sana. Sekilas, senyuman tipis sempat tersungging di bibir Serim.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙐𝙣𝙠𝙣𝙤𝙬𝙣。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang